Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Kamis, 24 November 2022 | 10:00 WIB
Bocah SD di Malang dikeroyok temannya [Foto: Tangkapan layar Instagram]

4. Korban tak berani cerita

Edi Subandi, ayah korban mengatakan peristiwa ini dimulai pada Jumat, 11 November 2022. Saat itu MWF telat pulang sekolah. Di rumah, Ia lalu menangis histeris. Namun, korban tidak menceritakan apa penyebabnya. "Ke kita (orang tua korban) tidak berani bilang," ujarnya.

Keesokan harinya, lanjut dia, korban muntah-muntah sehingga memutuskan untuk tidak masuk sekolah. "Saya pikir tifusnya kambuh, saya periksa ke bidan langganan. Mualnya mereda tapi tetap pusing," katanya menambahkan.

Tiga hari kemudian, pusing kian parah hingga korban kejang-kejang. Keesokan paginya dibawa ke rumah sakit dan saat ini kondisinya telah membaik. Nah, saat itulah MWF menceritakan apa yang menimpanya.

Baca Juga: Sorotan Kemarin, Bocah SD di Malang Koma Dianiaya Kakak Kelas sampai Ibu Jual Ginjal di Tuban

5. Motif pengeroyokan pemalakan

Lantaran peristiwa yang dialami anaknya mengancam nyawa, pihaknya memutuskan untuk melapor polisi. "Ini urusannya nyawa," ujarnya.

Edi Subandi juga mengatakan kalau motif penganiayaan tersebut adalah pemalakan. Korban saat itu dipalak oleh kakak kelasnya yang mayoritas kelas 6 lalu dikeroyok.

Ini terungkap setelah anaknya sadar. "Dia tidak pernah cerita, ternyata korbannya sudah banyak (selain MWF). Kalau tidak dikasih uang, Pasti ada kekerasan," kata Edi.

Baca Juga: Pelecehan Seksual, Viral Mahasiswa Brawijaya Malang Grepe-grepe Perempuan Tidur

Load More