Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Senin, 05 Agustus 2024 | 21:01 WIB
Pihak Petra, Pengurus RW Perumahan Tompotika, dan Wali Kota Eri Cahyadi, saat duduk bersama selesaikan masalah. [SuaraJatim/Dimas Angga]

SuaraJatim.id - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi turun tangan memidiasi Yayasan Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen Petra dengan pengurus RW Perumahan Tompotika.

Perkara kedua belah pihak sempat viral, usai tarikan iuran yang mencapai puluhan juta rupiah.

Pada kesempatan tersebut, Wali Kota Eri Cahyadi sempat mendengarkan keluhan masing-masing pihak, mulai para pengurus RW Perumahan Tompotika, hingga pihak SMP/SMA Kristen Petra 2.

Usai dipertemukan, Eri mengaku jika permasalahan tersebut sudah selesai. "Alhamdulilah dari pertemuan tadi, terbukalah semuanya. Akhirnya sampailah kesimpulan bahwa temen-temen RW mengatakan mereka tidak mau ada fitnah, ketika uang itu masuk ke dia, dipikir RW-nya ini yang minta pungli atau sumbangan bantuan," ujar Eri Cahyadi usai mediasi, Senin (5/8/2024).

Baca Juga: Satpol PP Surabaya Berani Turunkan Baliho Bergambar Wali Kota Eri Cahyadi

Eri menjelaskan, sebenarnya iuran tersebut dipakai untuk fasilitas umum (fasum) yang ada di Perumahan Tompotika.

"Sebenarnya itu digunakan untuk fasum-fasum ygan ada di Tompotika, yang menjadikan semua itu bisa dikerjasamakan dan dikompensasikan kepada temen-temen Petra, yang sebenarnya juga melakukan hal itu. Sehingga temen-temen RW juga menyampaikan, udah selesai, biar tidak ada fitnah dan saya tidak mau menerima apapun," katanya.

Menurut Eri, iuran tersebut sebenarnya untuk perawatan fasum atau fasilitas umum di dalam perumahan Tompotika. Namun, akhir-akhir ini pihak Petra menitipkan perawatan fasum itu pada pengurus RW Perumahan.

"Dan Petra pun luar biasa, meskipun mereka tidak menerima apapun, mereka akan menyelesaikan fasum-fasum yang menjadi tanggung jawab. Jadi yang dulu uangnya dititipkan ke RW, sekarang tidak dititipkan ke RW, langsung dipegang Petra-nya, selama ini dikerjakan oleh RW, maka ini dikerjakan oleh Petra. Itu ketemu, karena sebenarnya yang diberikan Petra ya untuk itu, yang dilakukan oleh warga," terang Eri.

Selain itu, Eri menegaskan, jika dana itu bukan dipergunakan sebagai iuran.

Baca Juga: Heboh! Sekolah Swasta di Surabaya Ditarik Iuran Puluhan Juta, Begini Akhirnya

"Jadi sebenarnya tidak ada iuran itu. Iuran itu digunakan RW untuk membelikan eceng gondok dan lain-lain. Tapi agar tidak menjadi fitnah lagi, maka semua itu akan digarap langsung oleh Petra. Sehingga apa, uang yang dimasukkan RW tapi dilakukan temen-temen Petra sendiri," bebernya.

Sementara itu, Ketua RW 4 Kelurahan Menur Pumpungan, Lulu Lili Adjufri Hasan mengatakan, jika permasalahan ini diviralkan oleh oknum dengan narasi yang cukup memojokan para pengurus RW Perumahan Tompotika.

"Begini, yang viralkan kami, itu narasinya Petra stor kepada kami 140 juta tiap bulan. Padahal, kami ini kan 3 RW di sini plus petra, jadi 4. Keamanan itu kan 1, sekuriti kami, memang Petra juga punya sekuriti sama-sama membantu. Jadi petra itu setor ke kami itu Rp32 juta. Kami Rp32 juta, petra Rp32 juta, dua RW juga Rp32 juta, karena di sini kami ada 3 RW plus Petra, jadi kami terima Rp128 juta," ujar Umi Lulu.

Menurut Umi Lulu kenaikan ini yang kemudian menjadi masalah. Pihak Petra keberatan dengan Rp35 juta.

"Kenapa kami naikkan ke 35 (juta), karena satpam yang awalnya Rp2.700.000, itu menjadi Rp3 juta. Itu pun kami anggap global saja. Karena kami disamping itu juga ada perbedaan, juga harga satpam. Tapi kami ambil global Rp3 juta. Nah Rp3 juta itu kan kalau 4 jadi Rp120 juta. Kan ada sisa Rp8 juta, nah itu kan ada uang kas untuk lainnya. Seperti BPJS. Tapi kan itu tidak terjadi. Jadi kan viral, kami menerima Rp140 juta, itu tidak benar," tegas Umi Lulu.

Umi Lulu menyampaikan, permasalahan berawal dari Petra tak turut serta, atau tidak turut membantu sejak Maret 2024 hingga sekarang.

Puncaknya, pada 14 Mei 2024, akses jalan menuju SMP/SMA Kristen Petra ditutup oleh 3 pengurus RW Perumahan Tompotika, hingga pihak Yayasan Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen Petra, meminta mediasi ke kepolisian setempat.

"Jadi kami pun mencapai kesepakatan udah tidak menerima dari Petra lagi. Selama ini kami tidak pernah menerima uang dari Petra sebulan 140 juta. Mungkin sekarang yang berada di luar, kawan-kawan wartawan ingin tahu. Kami terkenal gara-gara pungli dan korupsi," ucap Umi Lulu.

"Kami ingin yang terbaik. Kami ingin kekeluargaan. Karena Petra ini bukan 1 atau 2 tahun disini, petra ini udah 40 tahun berdampingan dengan kami. Gak tau kenapa baru kemarin kok bisa timbul hal-hal yang tidak diinginkan. Ya mungkin ini ridho Allah untuk diberikan solusi, dan agar kita lebih dekat," tambahnya.

Sementara itu, Yayasan Perhimpunan Pendidikan dan Pengajaran Kristen Petra, melalui Wakil Direktur Sarana dan Prasarana, Robertus Prananta menerima usulan dari Wali Kota Eri Cahyadi, demi mendapatkan titik temu di permasalahan tersebut.

"Jadi pada hari ini, kami dari Petra mengucapkan terimakasih kepada Pak Eri, luar biasa akhirnya kita ketemu dan tadi diskusi juga lancar. Kami menerima usulan-usulan itu, dan seperti yang Pak Eri sampaikan, Petra akan melakukan pembenahan di lalu lintas supaya tidak terjadi kemacetan, ataupun jika terjadi kemacetan tapi bisa diurai dengan lebih cepat," jelas Robertus.

"Kami juga bekerja sama dengan pihak Dishub untuk membantu kami memberikan perhitungan, supaya bagaimana caranya lalin bisa lancar di daerah Tompotika. Lalu juga untuk CSR kami di bozem, kami akan membersihkan itu, kami juga akan bekerja sama dengan pihak DLH, kami juga dibantu Pak Eri supaya cepat bozem ini dinikmati warga. Jadi bozem bukan hanya sebagai tempat buangan, tapi juga tempat wisata," tandasnya.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More