Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Kamis, 02 Januari 2025 | 23:02 WIB
Pedagang menata barang dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (29/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

SuaraJatim.id - Harga sejumlah bahan pangan masih terpantau tinggi usai libur panjang Natal dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Salah satunya cabai dan bawang merah yang tinggi.

Kenaikan harga cabai terjadi sejak sebelum Nataru. Terlihat di website Siskaperbapo milik Pemprov Jatim, harganya masih tinggi. Termahal ada di Magetan dengan harga Rp85 ribu per kilogram.

Kemudian terendah di Bangkalan yang mencapai Rp25 ribu per kilogram. Sedangkan di Surabaya, harga cabai rawit Rp62 ribu per kilogram.

Meskipun demikian, harga tersebut sudah turun daripada sebelum Nataru.

Baca Juga: Kronologi Tabrakan Beruntun di Jalan Basuki Rahmat Surabaya, Satu Orang Meninggal

Khofifah, salah satu pedagang di Pasar Genteng Surabaya menyebut harga cabai rawit sempat menyentuh Rp100 ribu per kilogram.

Dia mengatakan, kenaikan harga cabai tidak ada pengaruhnya dengan isu PPN 12 persen. Melainkan terjadi karena distributor yang masih libur.

“Tidak ada dampaknya. Beberapa hari ini distributor cabai lagi libur. Kami jadi tidak bisa nyetok barang. Cabai yang saya jual juga sudah menipis ini. Tidak sampai tiga kilogram,” kata Khofifah, Kamis (2/1/2025).

Sementara itu, barang kebutuhan dapur lainnya, seperti bawang merah, bawang putih dan telur masih di harga normal. “Kalau stoknya kembali normal, biasanya harga akan kembali normal juga. Ini karena stok terbatas makanya harganya naik,” bebernya.

Beda halnya dengan cabai rawit yang dijual Parno di pasar yang sama dengan harga Rp45 ribu per kilogram.

Baca Juga: Banjir Bandang Terjang Situbondo, Jalur Surabaya-Banyuwangi Sempat Terputus

“Harganya memang beda-beda mas. Tergantung jenis yang dijual juga oleh pedagangnya. Memang ada yang mahal dan ada yang harganya di bawah. Jadi tergantung jenisnya lagi. Tapi harusnya paling mahal harganya Rp60 ribu,” kata Parno.

Parno menjelaskan harga bawang putih cenderung stabil. Sebab, ia mengungkapkan, bawang putih yang dijual impor. Sehingga, stok barangnya selalu ada. “Faktor cuaca juga yang memengaruhi terjadinya kenaikan harga bahan pokok ini. Ditambah libur nataru. Sehingga distribusinya terhambat,” bebernya.

Sementara itu bawang merah, Parno mengaku mengambil dari Nganjuk yang dijual Rp40 ribu per kilogram. “Hanya bawang putih dan jahe yang impor. Sisanya produk lokal di sini. Kondisi alam saat ini buat semua produk kualitasnya berkurang,” katanya lagi.

Kondisi harga bahan pokok selama libur Nataru itu ternyata berdampak pada inflasi 2024. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim inflasi tahun lalu sebesar 1,51 persen. Masih di bawah target pemerintah sebesar 2,5 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Zulkipli mengatakan, dari 11 kota yang dihitung dalam Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi tahunan tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 1,97 persen. Sedangkan Bojonegoro mencatat inflasi terendah sebesar 1,14 persen.

Secara bulanan, inflasi Jawa Timur pada Desember 2024 mencapai 0,46 persen. Sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 0,44 persen.

“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau, menjadi penyumbang utama inflasi bulanan dengan andil 0,40 persen. Bojonegoro mencatat inflasi bulanan tertinggi pada Desember sebesar 0,58 persen. Sedangkan Probolinggo terendah dengan 0,28 persen,” ungkap Zulkipli.

Komoditas seperti cabai merah dan rawit menjadi pemicu utama inflasi bulan Desember, dengan kenaikan masing-masing sebesar 61,33 persen dan 20,01 persen.

Sementara itu, Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono menjelaskan, kenaikan harga itu faktor dari Nataru. Permintaan natal dan tahun baru kemarin mengalami peningkatan. Inflasi juga mengalami kenaikan sedikit. “Tetapi masih dalam kewajaran,” ucapnya.

Ia pun sudah berdiskusi dengan dinas perindustrian dan perdagangan Jatim terkait langkah yang akan diambil untuk menurunkan kembali harga komoditas di pasar. Kami juga nanti akan turun langsung ke lapangan untuk melihat harga bahan pokok di pasar,” kata mantan sekretaris daerah provinsi (Sekdaprov) Jatim itu.

Kontributor : Yuliharto Simon Christian Yeremia

Load More