Mengapa SBY Tidak Dilengserkan Meski Sudah Kunjungi Kediri Dua Kali?

jika berpegangan pada folklor tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa pemerintahan SBY 'selamat' karena tidak menyeberangi Sungai Brantas.

Chandra Iswinarno
Senin, 17 Februari 2020 | 17:40 WIB
Mengapa SBY Tidak Dilengserkan Meski Sudah Kunjungi Kediri Dua Kali?
Anggota Tim Pokok Pikiran Kebudayaan (PPKD) Kota Kediri Imam Mubarok. [Suara.com/Usman Hadi]

SuaraJatim.id - Pernyataan Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang menyarankan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak berkunjung ke Kediri menuai polemik. Saran Pramono tersebut mengacu pada pelengseran Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang dijatuhkan setelah mengunjungi Kediri.

Namun kenyataannya, Presiden Gus Dur bukanlah satu-satunya kepala negara yang pernah mengunjungi Kediri. Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), nyatanya pernah dua kali menginjakkan kaki di Kediri.

Lalu, kenapa Pemerintahan SBY berjalan mulus hingga periode akhir meski telah menginjakan kaki di Kediri?

Anggota Tim Pokok Pikiran Kebudayaan (PPKD) Kota Kediri Imam Mubarok, yang biasa disapa Gus Barok, menjelaskan mengenai kisah legenda yang menyebut Presiden RI akan jatuh setelah berkunjung ke Kediri, berangkat dari folklor mengenai kutukan penguasa Kalingga Selatan, Kartikea Singha.

Baca Juga:Cerita Rakyat di Balik Mitos Kutukan Presiden Lengser Usai Kunjungi Kediri

Menurut Gus Barok, jika berpegangan pada folklor tersebut maka bisa disimpulkan bahwa pemerintahan SBY 'selamat' karena hanya berkunjung ke wilayah Kediri Timur. SBY, dikatakan Gus Barok, tidak berani menyeberang ke barat Sungai Brantas.

"(SBY ke Kediri) tahun 2007 dan 2014. Dia ke Kediri, tapi di wilayah timur sungai, tidak berani menyeberangi sungai, ke barat Sungai (Brantas)," kata Gus Barok saat ditemui wartawan di kediamannya di Kota Kediri, Senin (17/2/2020).

Kota Kediri memang dibelah Sungai Brantas menjadi dua bagian, timur dan barat sungai. Menurut Gus Barok, pada masa Kerajaan wilayah Kediri bagian barat merupakan area pawiyatan atau pusat pendidikan. Toponimi tersebut masih bisa dikenali hingga sekarang.

"Terbukti beberapa tempat pendidikan mulai dari sekolahan, pondok pesantren semua pesat berkembang di barat sungai daripada di timur Sungai (Brantas). Memang Kediri bagian barat itu tempat pawiyatan," tutur Wakil Ketua Lesbumi PWNU Jatim itu.

"Kalau membaca toponimi wilayah Kediri, maka di wilayah Kediri ada namanya Balowerti, ada namanya Pocanan, ada namanya Banjaran (yang semuanya di timur Sungai Brantas)," lanjutnya.

Baca Juga:Kyai Minta Jokowi ke Kediri, Buktikan Tak Akan Lengser

Gus Barok menjelaskan, secara harfiah Balowerti bisa diartikan sebagai tembok kerajaan. Adapun wilayah Balowerti berada di timur Sungai Brantas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini