SuaraJatim.id - Pemberlakuan KBM sistem daring di beberapa wilayah berdampak terhadap penjualan seragam dan perlengkapan sekolah. Pedagang yang biasanya panen orderan perlengkapan sekolah bahkan harus banting stir.
Kampanye dan ajuran belajar di rumah selama pandemi corona jadi alasan.
Ade Mas'ud, salah satu pedagang seragam sekolah di Jalan Besuki Rahmad, Tulungagung sedih, dirinya bakal guling tukar. Tak ada pilihan lain baginya kecuali ikut berjualan masker dan face shield.
"Tiap tahun di sini itu pasti penuh (pembeli) mas. Ya semenjak covid (19) ini turun sekitar 70 persen perhari. Ya akhirnya ganti profesi jual masker sama ini, pelindung wajah. Untuk bertahan hidup mas," kata Ade Mas'ud, Senin (13/7/2020).
Baca Juga:TOK! Mulai 13 Juli Depok Terapkan Pembelajaran Jarak Jauh, Ini Jadwalnya!
Di awal tahun ajaran baru, toko Mas'ud selalu berjubel para pembeli seragam. Mulai dari Paud hingga murid baru di jenjang SMP.
Selain awal tahun, hampir setiap hari tokonya menjadi jujugan parwali murid membeli seragam. Ia tak tahu harus bagaimana menjual seragam agar bisa laku.
"Kalau belajar di rumah apa ya mungkin toh mas pakai seragam?" katanya.
Selain menjajakan seragam sekolah, ia dan pedagang di sepanjang Jalan Basuki Rahmad juga menjual kebutuhan uniform kerja. Mulai perlengkapan satpam, hingga pencak silat dijualnya.
Para pedagang hanya bisa pasrah dan mulai memikirkan alternatif lain untuk penjualan. Harapan mereka satu-satunya ialah pandemi segera berakhir dan anak-anak kembali masuk sekolah.
Baca Juga:Kemendikbud Sebut Belajar di Rumah Timbulkan Ketimpangan Ekonomi Siswa
"Mudah-mudahan segera masuk (kelas) lagi biar ada peningkatan lagi mas," sahut pedagang seragam yang lain.
Sebagai informasi, sejumlah daerah masih menerapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) di rumah sebagai dampak pandemi virus corona. Tahun ajaran baru, biasanya sekolah disibukan dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) di untuk menyambut murid baru.
Kebiasaan itu kini hilang berganti pembelajaran sistem dalam jaringan atau daring untuk mencegah penularan COVID-19. Kebijakan ini seperti yang diputuskan oleh Pemkot Blitar dan Pemkab Tulungagung.
"Sekarang Kota Blitar masih zona kuning. Sedangkan syarat utama dari Kementrian Pendidikan yang bisa melaksanakan belajar tatap muka harus zona hijau," kata Walikota Blitar, Santoso.
Selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, para guru diminta untuk memberikan pembelajaran yang inovatif. Bukan melulu soal tulisan dan soal, namun bisa dialihkan dalam bentuk gambar. Ini bertujuan agar tak menjemukan.
Tak hanya itu, jam KBM juga dipotong. Bila biasanya berlangsung tujuh hingga delapan jam, kini dilakukan maksimal lima jam sehari.
"Kami juga meminta pihak sekolah untuk mencari solusi bila ada kendala jaringan internet," kata Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kota Blitar, Priyo Suhartono.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Pemkab Tulungagung yang menyandang status zona oranye. Plt. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tulungagung Haryo Dewanto juga meminta agar para guru berinovasi. Ia menepis isu penggunaan seragam saat KBM daring berlangsung sebagai syarat absensi.
"Kalau seragam tidak. Tapi kalau soal (bantuan) pulsa, guru boleh. Itu tidak wajib tapi bukan dalam bentuk uang tapi kuota (internet). Misal guru ingin sambang murid ya silahkan. Sesuai kreatifitas sekolah masing-masing," ungkapnya.
Ia menambahkan prosedur tatap muka akan dilakukan pasca Tulungagung beralih status ke zona hijau penyebaran pandemi, namun itu tidak serta merta. Tetap melalui persetujuan Bupati, dan wali murid baru kemudian dilakukan secara bergelombang. Untuk KBM daring, sejauh ini belum ada laporan soal kendala Internet termasuk di area blank spot.
Kontributor : Farian