Anak-anak di pinggiran hutan itu terpaksa menumpang wifi gratis di rumah Sekdes Sumandi. Kalau belajar di rumah, kata Karlik, tidak mungkin dilakukan. Karena di Desa Marmoyo tidak ada jaringan operator seluler.
“Susah kalau belajar di rumah,” katanya mengeluh.
Karlik kembali menceritakan soal penjualan kambing miliknya. Hal itu terpaksa dilakukan, karena saat ini belum musim panen tembakau. Penghasilan sang suami juga pas-pasan. Hanya cukup untuk makan sehari-hari.
“Ada sawah sedikit. Namun suami saya nyambi jadi buruh tani untuk menambahkan penghasilan,” kata ibu dua anak ini.
Baca Juga:Ganjar Dengar Curhat Banyak Orangtua Stres Ajarkan PR Anak
Karlik berharap pandemi Covid-19 segera sirna. Karena hal itu semakin menyusahkan orang kecil seperti dirinya. Dia harus membagi waktu antara menunggui anaknya belajar dan bekerja di sawah. Belum lagi sang anak yang sering lupa belajar ketika sudah asyik bermain.
Sudah begitu, HP yang dibeli dari penjualan kambing itu terkadang digunakan anak pertamanya bermain ke luar desa.
“Seperti sekarang ini HP-nya dibawa anak sulung saya. Padahal adiknya waktunya belajar. Jadi lebih baik belajar di sekolah. Diajari sama gurunya. Kalau seperti ini saya juga susah. Anak saya itu bandel. Kalau sudah bermain, lupa belajar,” ujarnya seperti dilansir beritajatim.com.
Sekadar diketahui, Marmoyo merupakan salah satu desa pelosok di wilayah utara Sungai Brantas Kabupaten Jombang. Sebagian wilayahnya berupa hutan.
Desa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Lamongan dan Bojonegoro. Jika musim kemarau, desa yang penduduknya mayoritas petani tembakau ini selalu kesulitan air. Itu karena kawasan tersebut merupakan perbukitan kapur.
Baca Juga:KBM Daring Sekolah di Bantul Bakal Beda dari Tatap Muka, Durasi Lebih Cepat