"Dinasti politik itu bukan suatu yang harus dihindari ya, asal memang kapasitas politiknya memadai. Tapi kalau asal saja, karena anaknya, karena saudaranya, karena istrinya, nah itu menurut saya menjadi masalah," lanjutnya.
Sementara terkait fenomena banyaknya anak pejabat yang mencalonkan diri di Pilkada serentak 2020, Hendra menilai hal itu kurang bagus untuk demokrasi. Karena pada dasarnya mereka bukan siapa-siapa di kancah politik.
Seperti diketahui, selain Dhito yang dipastikan maju di Pilkada Kabupaten Kediri juga ada Gibran Rakabuming Raka sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang maju Pilkada Solo. Lalu ada Bobby Nasution menantu Jokowi di Pilkada Medan.
"Secara ekonomi mungkin mereka pengusaha, mungkin mereka pelajar yang berprestasi. Tapi mereka kan belum punya track record yang mempuni dalam bidang politik," ulas pengajar program studi politik ini.
Baca Juga:PABBSI Dibubarkan, Joko Pramono: Kita Harus Ikuti Aturan Internasional
"Bagi saya ini memang menjadi kekhawatiran kita, bahwa pencalonan tiga orang itu memang ada indikasi karena mereka punya hubungan darah dengan tokoh penting, entah bapaknya, entah mertuanya," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, pencalonan Dhito di Pilkada Kabupaten Kediri 2020 semakin mapan. Berpasangan dengan Dewi Maria Ulfa sebagai bacawabup, pasangan Dhito-Dewi telah didukung enam parpol.
Enam parpol itu menguasai 44 dari 50 kursi di DPRD Kabupaten Kediri. Rinciannya PDIP 15 kursi, PKB 9 kursi, Golkar 6 kursi, PAN 5 kursi, Gerindra 5 kursi, dan NasDem 4 kursi. Pasangan Dhito-Dewi berpotensi menjadi calon tunggal.
Kontributor : Usman Hadi
Baca Juga:NasDem Target 60 Persen Suara untuk Anak Pramono Anung di Pilkada Kediri