SuaraJatim.id - Geger temuan struktur bangunan bersejarah kembali terjadi, kali ini ditemukan di Desa Alas Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso.
Seorang warga setempat, Abdul Ghani menemukan struktur bata kuno saat menggali sumur di samping rumahnya.
Mendapat laporan adanya temuan tersebut, tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur (BPCB Jatim) bersama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bondowoso melakukan kajian awal pada Rabu (16/9/2020).
Dari pengamatan, struktur bangunan dari bata berwarna merah ditemukan di kedalaman lima meter. Susunan bata dengan sistem gosok (tanpa celah antara batu satu dengan yang lainnya) menunjukkan sebuah struktur bangunan.
Baca Juga:Struktur Bata Kuno Era Pra Majapahit Ditemukan di Nganjuk
Tim kemudian turun ke dalam galian, untuk melihat susunan bata. Sementara sebagian bata kuno berwarna merah sudah diangkat karena terkena galian.
Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, dari segi ukuran, bata berukuran panjang 30 centimeter dengan lebar 17 centimeter dan tebal 5 centimeter itu disebut bagian dari Majapahit.
"Karena teknisnya gosok pasti susut. Ukuran aslinya kemungkinan panjang 32 centimeter, lebar 20 hingga 21 centimeter, dan tebal 6-7 centimeter. Ini merupakan ciri dari bata masa Majapahit," katanya seperti dilansir Timesindonesia.co.id-jaringan Suara.com.
Di dalam galian lima meter tersebut, ditemukan ada 11 bata tersusun. Ia mencoba menggali mengikuti struktur, kurang lebih 50 centimeter.
"Susunan bata tersebut memang merupakan struktur bangunan," imbuhnya.
Baca Juga:1 Suro, Pelaku Budaya di Kendal Jamas Keris Majapahit Berusia 700 Tahun
Temuan ini kata dia, sangat menarik dan perlu ditelusuri adanya kemungkinan keterkaitan antara Bondowoso dengan Majapahit.
Justru ini unik karena biasanya di Bumi Ki Ronggo ini ditemukan cagar budaya megalitik.
"Walaupun megalitik di Bondowoso sendiri berlangsung hingga abad ke 14," jelasnya.
Menurutnya, temuan ini mengindikasikan sebuah pemukiman yang cukup besar. Dengan 11 lapis kelihatannya memang struktur dinding atau tembok.
"Karena tekniknya gosok, tanpa spasi antara bata satu dengan yang lain. Mungkin semacam dinding pagar, atau dinding rumah. Entah itu apa," jelasnya.
Dia juga menduga ini pemukiman kuno di sekitar Gunung Raung yang ada sekitar di Bondowoso, Jember dan Banyuwangi. Pun ia menemukan orientasi struktur batanya, mengarah ke Gunung Raung.
Pihaknya juga akan melihat lagi literatur yang ada, mengenai kemungkinan adanya pemukiman kuno di sekitar pegunungan Raung, yang pernah dikunjungi Hayam Wuruk, Raja Majapahit yang berkuasa dari Tahun 1350-1389.
"Kita akan pelajari lagi literasinya agar dalam menafsirkan lebih jelas. Tapi dalam ciri-ciri fisik ini jelas dari Majapahit," tegasnya.
Bersama dengan bata kuno itu, ia juga mendapati lapisan pasir dengan warna agak hitam dan ketebalannya 15 centimeter.
Di atasnya lagi kata dia, ditemukan pasir tapi lebih kasar, agak bongkah dengan ketebalan 41 cm, berada di kedalaman 4,4 meter. Sebelum itu merupakan lapisan tanah lempung.
"Struktur bata pernah teruruk oleh lapisan vulkanis, teruruk lagi dengan lapisan lempung dengan kedalaman 4,4 meter. Jadi memang ada proses bencana alam di lokasi ini. Sehingga struktur ini kemudian terpendam," paparnya.
Ia berharap masyarakat mau bekerja sama kalau kemudian menemukan hal yang sama, karena hal itu ada kesinambungan.
Meski ditemukan struktur bata yang diindikasikan ada hubungannya dengan kerajaan Majapahit, tempat tersebut tak mungkin diekskavasi.
"Karena pemukiman padat penduduk sulit dilakukan eskavasi, kalau di sawah mungkin bisa dilakukan eskavasi," katanya.