SuaraJatim.id - Pada libur panjang akhir pekan, jumlah pengunjung di Wisata Edukasi Kampung Cokelat di Blitar bertambah. Sejumlah wisatawan domestik dari berbagai daerah di Indonesia mulai berdatangan.
Head Office of Kampung Cokelat, Edi Purwanto, mengatakan sejauh ini peningkatan jumlah pengunjung sekitar 30 persen dari hari biasanya. Saat week day, jumlah pengunjung normal sekitar seribu orang.
"Sekarang ya naik 30 persen. Kalau sekarang ya sekitar 1200 sampai 1300 pengunjung," kata Edi, Kamis (29/10/2020).
Edi memperkirakan puncak kenaikan pengunjung akan terjadi pada week end hari Sabtu dan Minggu. Ia memprediksi jumlah pengunjung Kampung Cokelat bisa mencapai 5 sampai 6000 orang.
Baca Juga:Sebelum Ditangkap Karena Hina Polisi di FB, Ardi Lebih Dulu Dimarahi Istri
Kenaikan jumlah pungunjung di tengah pandemi saat ini, kata Edi, membuat manajemen Kampung Cokelat menyiapkan tim khusus. Tim Satgas 20 bentukan manajemen disiapkan guna mengingatkan pengunjung dalam penerapan protokol kesehatan.
Tim ini ditempatkan pada sejumlah titik tertentu mulai pintu masuk, hingga di sejumlah wahana yang ada di dalam lokasi wisata.
"Misalnya ada pengunjung yang maskernya diturunkan atau duduknya terlalu berdempet, itu mereka mengingatkan," katanya.
Sarana dan prasarana protokol kesehatan selalu tersedia di setiap wahana mulai dari tempat cuci tangan dan hand sanitizer. Untuk pengunjung dengan panas di atas 37.7 derajat celcius tidak diperkenankan masuk termasuk mereka yang tak pakai masker.
Wisata Edukasi Kampung Cokelat terletak di Jalan Raya Kademangan Sutojayan, tepatnya di Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Jaraknya sekitar 21 kilometer atau sekitar 24 menit dari pusat Kota Blitar.
Baca Juga:Debat Paslon di Pilwalkot Blitar Tanpa Suporter
Ketika berada di Kampung Cokelat, anda bisa menikmati pelbagai olahan biji kakao baik makanan maupun minuman. Tersedia juga sarana playground bagi anak-anak yang ingin bermain.
Untuk memanjakan pengunjung, manajemen juga meluncurkan wahana baru yakni Rumah Bibit. Di sini pengunjung dapat mempelajari pembibitan dan penanaman biji kakao dengan sistem organik.
"Ada juga cabe dan tanaman yang lain kita tanam di sini. Jadi pengunjung bisa langsung belajar bagaimana tanaman itu dirawat dengan sistem organik atau tanpa sentuhan kimia," ujarnya.
Edi menambahkan, jumlah pengunjung terus mengalami penambahan sejak dua bulan terakhir setelah pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru. Puncaknya pada akhir pekan atau hari libur.
"Wah kalau sebelum pandemi itu sehari malah bisa sampai 10 ribu pengunjung. Kalau akhir pekan itu malah semakin banyak lagi," katanya.
Selain menawarkan wahana edukasi, Kampung Cokelat juga mengekspor biji kakao ke sejumlah negara di Timur Tengah. Namun sejak pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru, aktivitas ekspor biji kakao masih mandeg.
"Biasanya perbulan sekitar 14 ton kita ekspor ke luar negeri. Tetapi untuk saat ini masih belum. Kita fokus untuk mengolah kakao menjadi produk yang kita jual. Per hari hasil produksi sekitar 2 ton produk jadi," ungkapnya.
Sementara itu Imron Bahtiar, salah seorang pengunjung asal Tulungagung mengaku mengajak keluarga untuk menikmati libur panjang. Sejumlah persiapan khusus ia lakukan agar tak tertular virus corona.
"Persiapannya ya bawa masker, hand sanitizer. Dan kita memang membawa makanan sendiri. Kalau di dalam paling beli minum beberapa sisanya anak-anak main," ujarnya kepada Suarajatim.id.
Kontributor : Farian