Tingkatan Puasa Ramadhan Menurut Imam Ghazali, Kamu Masuk yang Mana?

Puasa Ramadhan salah satu dari lima rukun Islam yang hukumnya wajib bagi muslim. Rukun Islam itu mulai dari syahadat, salat, zakat, puasa, lalu haji.

Muhammad Taufiq
Jum'at, 16 April 2021 | 08:55 WIB
Tingkatan Puasa Ramadhan Menurut Imam Ghazali, Kamu Masuk yang Mana?
Ilustrasi puasa - (Pixabay/surgull01)

SuaraJatim.id - Puasa Ramadhan salah satu dari lima rukun Islam yang hukumnya wajib bagi muslim. Rukun Islam itu mulai dari syahadat, salat, zakat, puasa, lalu haji.

Dengan begitu, puasa merupakan salah satu ibadah yang mendapat pahala langsung dari Allah SWT. Ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadits sahih:

"Sesungguhnya Rabb kalian berfirman, setiap kebaikan diberi pahala 10 kali hingga 700 kali lipat. Sedangkan puasa untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi pahala puasanya (tanpa batas jumlah pahala)."

Dari salah satu keistimewaan ibadah puasa, aroma bau mulut orang yang sedang berpuasa disebutkan lebih wangi di sisi Allah SWT, daripada aroma wangi misyk (salah satu jenis minyak wangi).

Baca Juga:Dibully Gegara Nyanyi Salah Lirik, Iis Dahlia Bela Diri

Bahkan jika ada orang yang mengajak bertengkar, umat Islam diminta menahan diri dan berkata; ‘Sesungguhnya saya sedang berpuasa’. Ada banyak larangan dalam berpuasa ini, terutama terkait dengan hawa nafsun manusia.

Dilarang makan, minum, berhubungan suami istri, bertengkar dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, ummat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah dan amalam saleh.

Allah SWT sangat membanggakan orang-orang yang berjuang mengendalikan hawa nafsunya saat melaksanakan ibadah puasa. Seperti sabda Nabi, "Allah ‘Azza wa Jalla berfirman kepada para Malaikat: lihatlah kepada hamba-Ku yang meninggalkan hawa nafsu, kesenangan, makan dan minumnya karena Aku."

Namun demikian, bila mengacu kepada Kitab Ihya' Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali, setidaknya ada tiga tingkatan orang berpuasa.

1. Shaum al-‘Umum (Puasa Umum)

Baca Juga:Apakah Obat Hirup atau Inhaler Membatalkan Puasa?

Pada tingkatan ini, orang melaksanakan ibadah puasa hanya sekedar mencegah perut dari makan, minum dan menjaga diri dari godaan syahwat birahi semata. Bahkan model puasa seperti ini ditingkatkan dengan kategori puasa paling rendah dibandingkan dua model puasa lainnya.

Artinya orang yang melaksanakan puasa dengan model ini, yakni berpuasa hanya sekadar memenuhi persyaratan dalam ibadah ini yaitu menahan lapar, haus, dan bersetubuh suami istri di siang hari. Mereka tetap mendapatkan balasan pahala, namun hanya sedikit.

Sehingga umat Islam harus senantiasa menjaga puasa mereka agar tidak hanya sekadar menjalankan rutinitas semata, atau sekadar menggugurkan kewajiban. Seperti Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; ‘Begitu banyak orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga belaka’.

2. Shaum al-Khusus (Puasa Khusus)

Model ini puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan, minum dan bersenggama. Namun juga menahan indera dan alat gerak lainnya dari melakukan berbagai hal yang dilarang syariat. Mulai dari pendengaran, penglihatan, ucapan, hingga gerak tangan dan kaki diusahakannya agar tidak sampai melakukan tindakan maksiat.

Untuk bisa masuk pada tingkatan ini, seorang muslim sedikitnya harus menjaga diri sekaligus menjauhkan diri dari 6 (enam) jenis perbuatan berikut: Pertama, menahan diri dari melihat, memandang segala hal yang dicela dan dimakruhkan yang dapat membimbangkan dan melalaikan hati dari mengingat Allah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak