Nama Kiai Hasyim Asy'ari Hilang, Ini Reaksi Keras Tebuireng ke Kemendikbud

Menurut Humas Pesantren Tebuireng, Nur Hidayat, naskah tersebut sama sekali tidak layak dijadikan rujukan

Muhammad Taufiq
Rabu, 21 April 2021 | 04:30 WIB
Nama Kiai Hasyim Asy'ari Hilang, Ini Reaksi Keras Tebuireng ke Kemendikbud
Lukisan pendiri NU, Kiai Hasyim Asy'ari [Antara/M Risyal Hidayat]

SuaraJatim.id - Gaduh terkait hilangnya nama pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari dalam softcopy Kamus Sejarah Indonesia yang diterbitkan Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI, direspons Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Menurut Humas Pesantren Tebuireng, Nur Hidayat, naskah tersebut sama sekali tidak layak dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Alasannya, banyak materi framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis menghilangkan peran Nahdlatul Ulama (NU) dan para tokoh utama yakni KH Hasyim Asy'ari.

Kiai Hasyim Asy'ari sendiri merupakan pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, salah satu pondok NU tertua di Indonesia. Mbah Hasyim--demikian warga NU menyebut Kiai Hasyim Ays'ari--juga merupakan pendidi Organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama.

"Di antara framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama sebagaimana dimaksud dalam butir di atas adalah tidak adanya lema NU dan KH Hasyim Asy'ari, dalam Jilid I dan Jilid II Kamus Sejarah Indonesia tersebut," katanya, dikutip dari TIMESIndonesia, jejaring media suara.com, Selasa (20/04/2021).

Baca Juga:KH Hasyim Asyari Hilang Dari Kamus Sejarah, MUI: Hati-Hati Simpan Data

Ia menyatakan, jika dicermati lebih dalam, narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sejarah. Karena cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi yang lain.

Hal ini menunjukkan bahwa naskah tersebut tidak layak menjadi rujukan para praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Di luar itu, banyak kelemahan substansial dan redaksional yang harus dikoreksi dari konten Kamus Sejarah Indonesia tersebut.

Menurutnya, sejarah sebuah bangsa sangat penting untuk membangun peradaban di masa yang akan datang. Tidak ada satu bangsa yang menjadi besar tanpa memahami dan mempelajari sejarah leluhurnya. Karena itu, penulisan sejarah yang jujur merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa.

"Berkenaan dengan hal-hal tersebut, Pesantren Tebuireng Jombang menuntut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menarik kembali naskah tersebut dan meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas kecerobohan dan kelalaian dalam penulisan kamus sejarah tersebut," ujarnya.

Sebelumnya, warga NU termasuk Pesantren Tebuireng Jombang mengkritik keras soal softcopy Kamus Sejarah Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI. Hal itu karena di dalamnya tidak ada nama KH Hasyim Asy'ari.

Baca Juga:Kemendikbud Akui Salah Soal Hilangnya Nama Pendiri NU dalam Kamus Sejarah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini