"Tasauf itu tidak meninggalkan dunia, tetap terkenal tapi sederhana, seperti Emha Ainun Najib," kata UAS, menirukan ucapan dosennya.
Sejak itu dia pun dilanda penasaran dan mulai mencari-cari berita tentang Cak Nun. Pada 1998 saat dirinya ke Mesir, kawannya memiliki buku-buku karya Cak Nun. Salah satu yang dibacanya Slilit Sang Kiai.
"Sampai hari ini, aku tetap menontonnya di Youtube," kata UAS.
Dia menceritakan, sejumlah kawannya mencoba untuk mempertemukan dengan Cak Nun di Yogyakarta. Namun tak terwujud. Begitu pula rencana bertemu di Pondok Pesantren Gontor juga tak terwujud.
Baca Juga:Ustaz Abdul Somad Sambangi Kediaman Cak Nun, Netizen Salfok Sama Hal Ini
Hingga pada suatu malam dalam kendaraan, kawannya menyebut kemungkinan akan bertemu Cak Nun di Yogya. Waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB. Ia yang mengantuk pun tertidur. Tiba-tiba dia diberitahu telah berada di tempat Cak Nun. Bukan di Yogya, melainkan di Jombang.
"Seperti walimah nikah. Ternyata wisuda SMK. Bertemu dengan bibit bibit hijau penuh semangat. Ternyata, pertemuan di sini yang tertulis di Lauhul-Mahfuzh. Banyak hikmah. Duduk dan makan di rumah Ibunda tempat beliau dibesarkan hingga 1966," kata UAS.
"Ziarah kepada yang hidup dan yang sudah mendahului. Panjang cerita beliau, sepanjang jalan kenangan. Tentang pagar-pagar yang membiarkan diri dilompati seenaknya. Tentang sosok yang disangkakan jauh dari rasa takut, tapi pada hakikatnya amat sangat ketakutan. Perpisahan tak mampu menghentikan kami, karena doa tetap menyertai," kata UAS tentang sosok Cak Nun.