SuaraJatim.id - Media Taiwan menyorot sebuah video viral di Indonesia aksi dua pria berpeci hirup napas pasien Covid-19. Ini terlihat dalam rekaman salah satu warganet saat menyaksikan televisi Taiwan.
Sebelumnya, video dua pria yang diketahui merupakan seorang pakar terapis sedang mengobati pasien Covid-19. Dua pria itu dengan santai mendekati pasien dan menghirup napas pasien yang sudah menggunakan selang oksigen tanpa mengenakan alat pelindung diri (APD).
Pria itu merupakan pakar terapis saraf yang berniat menyembuhkan pasien. Videonya tersebut menjadi viral di media sosial. Setelah aksinya itu, pakar terapi yang bersangkutan dikabarkan meninggal dunia.
Pakar tersebut bernama Masudin. Ia meninggal dunia pada Selasa, 13 Juli 2021 dini hari. Hal ini diungkapkan oleh rekannya yang merupakan seorang jurnalis, Rony.
Baca Juga:Pengemudi Mobil Viral di Pos Penyekatan Lubuak Paraku Minta Maaf ke Polresta Padang
Ia terakhir bertemu dengan pria yang akrab disapa Mr Masudin satu minggu lalu. Kala itu, sang terapis sakit dan terbaring tak berdaya di rumahnya.
"Waktu itu beliau sakit, saya mau bertamu akhirnya pulang, biar istirahat dulu. Itu terakhir kali saya bertemu, setelah itu saya terima kabar duka Mr Masudin meninggal, antara kaget dan tidak percaya," ungkap Rony seperti dilansir dari Terkini.Id -- jaringan Suara.com, Selasa (13/7/2021).
Dalam video yang viral itu, terlihat salah satu pria meminta pasien Covid-19 untuk menarik napas dan mengembuskannya. Ia kemudian meminta rekannya untuk maju dan menghirup nafas yang dihembuskan pasien tersebut.
Setelah rekannya, kini giliran pakar terapi yang melakukan hal serupa. Ia turut menghirup nafas yang dihembuskan pasien Covid-19 itu dalam-dalam.
"KH Sami’an. Detik detik virus covid nampak jelas, 17-4-2021 pukul 22.00 WIB…," tulis keterangan dalam video tersebut.
Baca Juga:Penjual Cermin Keliling Sepi Pembeli, Membuat Menangis saat Ditraktir Belanja
Sementara itu, seorang influencer dan dokter yang bertugas di Makassar, Bambang Budiono menuliskan kritikannya terhadap aksi menghirup nafas pasien Covid-19. Ia menyebut aksi itu merupakan tindakan COVIDIOT.
"Takabur dan kesombongan akan membawa petaka, tanpa pandang bulu dari rakyat jelata hingga orang ternama. Para COVIDIOT adalah sahabat terbaik virus corona, karena ia akan menjadi tempat berkembang biak dan penebar virus kemana-mana, sebelum ia tertimbun tanah di liang kubur," kata Bambang.
Menurutnya, sosok COVIDIOT juga menjadi penyebab tingginya kasus virus corona di Indonesia seperti sekarang ini. Bahkan., bukan tidak mungkin kondisi di Indonesia akan menjadi yang terburuk di dunia.
"Hal-hal seperti ini yang menyebabkan negeri +62 telah meraih peringkat pertama kasus baru di dunia, menjadi episentrum Asia. Bahkan bisa menjadi episentrum Covid-19 dunia yang akan terisolir dari seluruh negara di dunia. Menyedihkan," katanya.
Sebagai informasi, Masudin dikenal sebagai sosok terapis yang ahli mengobati pasien tuna rungu, baik bawaan dari lahir maupun karena sebab lain.
Semasa hidupnya, Masudin pernah meraih berbagai penghargaan. Mulai dari pemegang Rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk kategori terapi tercepat maupun Centurion World Redord, penghargaan kelas dunia dari Amerika Serikat.
Sejak saat itu, sejumlah pasien dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri mulai datang. Terapi syaraf telinga Masudin bahkan sampai dikenal dengan terapi kelas ‘sultan’.
Namun, tidak demikian sebenarnya. Mendiang tidak selalu memasang tarif yang sama untuk para pasien. Khusus pasien dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, dirinya mematok tarif yang mahal. Namun tak jarang pasien yang kurang mampu malah digratiskan.