PPKM Parkiran Sepi, Jukir Kota Batu Ini Menjerit Tak Bisa Beli Obat Anaknya Baru Operasi

Apa mau dikata, PPKM memang berimbas pada banyak hal. Termasuk pada nasib juru parkir (jukir) di Kota Batu Jawa Timur. Lantaran PPKM, parkiran menjadi sepi.

Muhammad Taufiq
Rabu, 28 Juli 2021 | 14:39 WIB
PPKM Parkiran Sepi, Jukir Kota Batu Ini Menjerit Tak Bisa Beli Obat Anaknya Baru Operasi
Armand jukir di Kota Batu penghasilannya tersendat lantaran PPKM [Foto: Suarajatimpost]

SuaraJatim.id - Apa mau dikata, PPKM memang berimbas pada banyak hal. Termasuk pada nasib juru parkir (jukir) di Kota Batu Jawa Timur. Lantaran PPKM, parkiran menjadi sepi.

Begitulah yang dialami Armand, jukir di area depan Lippo Plaza Batu Jalan Diponegoro. PPKM membuat geliat usaha kuliner lesu. Pembeli jarang sehingga pendapatan para jukir pun berkurang.

Malangnya, Armand punya tanggungan besar. Ia mengalami kondisi sulit karena tida bisa membeli obat yang harus dikonsumsi rutin oleh anaknya, Emir Diansyah Putra (2,5).

Anaknya itu kini masih menjalani rawat jalan setelah menjalani operasi usus besar ketika usianya masih enam bulan di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang dua tahun lalu.

Baca Juga:Jaga Psikologi, Kapolres Batu Imbau Sirine Ambulance Tak Dibunyikan Agar Warga Tak Stress

Warga kampung Meduran, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu ini kesehariannya hanya mengandalkan pendapatannya hanya dari profesinya sebagai jukir.

Kini, pendapatannya yang menurun drastis memaksa dirinya tidak mampu lagi membelikan obat yang rutin harus dikonsumsi anaknya, dan bergantung kepada orangtuanya untuk kebutuhan sehari-hari.

"Memang putra kami hingga saat ini hidupnya mengalami ketergantungan pada obat dan kebutuhan lainnya. Pada masa pandemi ini semakin membuat hidup kami semakin berat," kata Armand, seperti dikutip dari suarajatimpost.com, jejaring media suara.com, Rabu (28/07/2021).

Ditambahkan Armand, bekas dari operasi yang terluka harus rutin diberikan obat tabur. "Sekali tebus, obat itu seharga Rp 380 ribu dan habis tidak sampai satu minggu. Dalam satu bulan saya harus mengeluarkan setidaknya Rp 1,5 juta setiap bulan dan itu belum kebutuhan sehari-hari," ucapnya.

"Setiap hari putera kami harus memakai 1 kantong stoma, plester Ultrafix, pempers, obat stomahesive dan susu underpad. Kami tidak tahu kapan anak kami bisa pulih,” tambahnya.

Baca Juga:Pelaku UMKM Kota Batu Mengikuti Pelatihan Digital Marketing

Tidak berharap muluk-muluk, Armand hanya berharap dirinya bisa kembali mendapatkan hasil maksimal dari profesinya sebagai jukir dan derita yang dialami putera kecilnya segera berakhir.

"Sementara kami numpang kebutuhan hidup ke orang tua kami, jelasnya tidak selamanya kami seperti ini. Semoga PPKM segera berakhir, dan saya segera bisa bekerja normal," harapnya.

Bantuan untuk kebutuhan obat, lanjut Armand, akan sangat membantu jika ada uluran tangan dermawan. "Ya alhamdulilah jika ada yang berkenan membantu anak kami. Kondisi pandemi memang memaksa saya tidak maksimal menafkahi keluarga," katanya menegaskan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini