SuaraJatim.id - Keinginan Abing Santoso, Guru SMKN 12 Surabaya, menjadi seniman tari tidak lah mudah. Ia harus lebih dulu menghadapi ujian tidak direstui oleh orang tuanya.
Namun pada akhirnya Ia berhasil membuktikan kalau seni tari bisa juga menghidupi. Pria 27 tahun itu sering keliling Indonesia, bahkan sampai luar negeri untuk melestarikan seni tari ini.
Kemarin video Abing menari bersama murid-muridnya di kelas viral di media sosial. Bahkan videonya diapresiasi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim lewat akun Instagramnya.
Cerita Abing ini tidaklah pendek. Ia lalu berkisah pada 2009-2010 lalu, Abing yang lahir dan besar di Blitar menjajal seni tari. Dia juga lulusan SMKN 9 Surabaya--sekarang menjadi SMKN 12.
Baca Juga:Naik Excavator, Aksi Heroik Para Tukang Selamatkan Seekor Anjing dari Arus Air Banjir Pujian Publik
Pada waktu itu, saat dia masih duduk di kelas 1 dan 2, Abing harus rela tinggal di asrama tempat dia sekolah dulu, sehingga kesehatannya pun banyak mengalami gangguan.
"Namanya jauh dari orang tua, jadi hidup pas-pasan di asrama. Saya sebenarnya tidak direstui orang tua menjadi penari, apa lagi saya anak laki-laki, masak jadi penari, sehingga saya hidup di asrama dan hidup pas-pasan jadi sering sakit-sakitan, mulai sakit kulit hingga muntah darah," ujar Abing pada SuaraJatim.id, Senin (18/4/2022).
"Karena saya 'dijebak' sama circle saya, akhirnya saya ingin menunjukan pada orang tua, jika saya bisa hidup dengan keinginan menari saya," katanya.
Hal tersebut ditunjukan Abing pada saat dia sudah duduk di kelas 3. Saat itu dia sudah sering mendapatkan job menari, sehingga bisa menyewa kamar kos dan meninggalkan asrama.
Saat lulus dari SMKN kemudian melanjutkan berkuliah di Sekolah Tinggi Kesenian Wilatikta (STKW) Surabaya pada 2013 dan lulus pada tahun 2018.
"Pada semester 6, saya di hubungi kepala sekolah SMKN 12 untuk bisa mengajar di SMKN 12. Jadi sebelum lulus saya sudah mengajar di sini," katanya menambahkan.
Sebelumnya, dia tak tertarik dengan seni tari yang ia tekuni. Ia sendiri merasa terjebak pada waktu ia menerjuni seni tari. Bahkan sebelum ia masuk ke SMKN 12, dia sendiri sempat terdaftar di SMKN 1 Blitar jurusan Kelistrikan.
"Awalnya enggak suka, enggak ada respeck seni tari, tapi 6 bulan, 1 tahun, masuk kelas 2 apa yang ada di depan saya maksimalkan, saya berusaha mencintai seni tari apa pun hasilnya nanti saya terus berlatih. Hingga sekarang sudah mendarah daging, sudah menekuni dan mencintai seni tari tersebut, sehingga jadi guru dan dosen dari imbas tersebut," ungkapnya.
Saat ini, Abing sendiri sudah menjadi pengajar di SMKN 12 dan STKW Surabaya. Dia juga mengikuti komunitas seni di Surabaya, bahkan terakhir dirinya sempat melakukan pentas tari di Singapura.
"Perform saya tari paling jauh di Singapore. Sebenarnya minggu depan saya berangkat ke Turki, berhubung viral akhirnya anak 7 dari komunitas yang berangkat. Tarian nusantara sesuai permintaan. Indonesia sering, Jakarta, Kalimantan, Sulawesi, Solo, Jogja dan Jatim sendiri," ucap Abing.
Karena sudah mencintai seni tari, dia terus mencoba mengupayakan pelestarian seni yang sudah ia Selami ini. Bahkan dalam strategi mengajar pada para muridnya sendiri, tak tanggung-tanggung ia juga mengasosiasikan pada beberapa platform media sosial.
"Kita melalui metode pengajaran, sosial media, sering mengapresiasi seni dan budaya untuk anak, anak sering sharing dan diskusi. Anak-anak, teman saling kolaborasi, terus berjalan menularkan ke generasi sekarang," ujarnya.
"Saya pakai FB, Instagram, twitter, youtube, tiktok. Tarian dinaikkan ke semua platform. Sayangnya Tiktok ke banned 2 kali minggu ini, karena yang diupload pakai seragam pendidikan, awalnya konten tentang tarian, begitu upload pakai seragam kebanned, ada 11 video," katanya menegaskan.