Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Telan 127 Korban Jiwa, Insiden Kematian Suporter Terbanyak Kedua di Dunia

Dari catatan sejarah sepakbola hingga kerusuhan yang pernah terjadi, korban suporter tewas terbanyak ada 328 orang.

Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 02 Oktober 2022 | 10:08 WIB
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang Telan 127 Korban Jiwa, Insiden Kematian Suporter Terbanyak Kedua di Dunia
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya Surabaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). [ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto]

SuaraJatim.id - Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang saat Arema FC menghadapi Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022), menewaskan 127 orang. Peristiwa nahas itu menjadi tambahan catatan kelam di dunia sepakbola dunia.

Tewasnya 127 korban ini, menjadi kasus kematian suporter terbanyak kedua setelah insiden yang terjadi di Peru pada 1964 silam.

Melansir dari timesindonesia.co.id jaringan Suara.com, Minggu (2/10/2022), insiden kerusuhan hingga berbuntut tewasnya sejumlah suporter ini pernah terjadi di berbagai negara.

Dari catatan sejarah sepakbola hingga kerusuhan yang pernah terjadi, korban suporter tewas terbanyak ada 328 orang. Insiden itu terjadi saat Timnas Argentina mengalahkan Timnas Peru dalam pertandingan kualifikasi Olimpiade di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964.

Baca Juga:Buntut Tragedi Di Stadion Kanjuruhan, Puan Minta PSSI Berbenah Diri: Setop Liga Nasional!

Di urutan kedua adalah kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang yang menelan 127 korban jiwa. Kepolisian juga melaporkan masih ada 180 orang yang tengah menjalani perawatan.

"Dalam kejadian tersebut telah meninggal 127 orang. Dua diantaranya adalah Anggota Polri," ujar Kapolda Jatim, Irjen Pol Nico Afinta, Minggu dini hari.

Urutan ketiga dengan suporter tewas terbanyak terjadi di Acara Sports Stadium, Accra, Ghana, 9 Mei 2001. Sejarah mencatat derby Liga Utama Ghana, antara tuan rumah Hearts of Oak menjamu Asante Kotoko berakhir dengan kerusuhan hingga menelan korban 126 orang.

Pada urutan keempat hingga ke-11 kasus tewasnya suporter terbanyak, lebih banyak terjadi di luar negeri setelah Indonesia, berikut beberapa rangkumannya:

Keempat, tercatat 96 tewas dan ratusan terluka di Stadion Hillsborough yang penuh sesak. Peristiwa ini terjadi babak semifinal Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest pada 15 April 1989.

Baca Juga:127 Orang Tewas dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan, Mabes Polri Turun Tangan

Kelima, ada 93 orang tewas ketika ribuan penggemar sepak bola yang berdesakan ke pintu keluar stadion yang terkunci untuk menyelamatkan diri ketika tiba-tiba terjadi badai. Hal itu terjadi pada 12 Maret 1988 Kathmandu, Nepal

Keenam, tercatat 84 orang tewas dan 147 lainnya terluka saat kualifikasi Piala Dunia antara Guatemala dan Kosta Rika yang digelar pada 16 Oktober 1996 di Guatamela City.

Ketujuh, sebanyak 74 orang tewas dan lebih dari 150 lainnya terluka setelah pertandingan River Plate vs Boca Juniors. Dari kerusuhan itu, 71 orang tewas adalah pendukung Boca Juniors yang terjadi pada 23 Juni 1968 di Buenos Aires, Argentina.

Kedelapan, 74 orang tewas dan lebih dari 500 lainnya terluka setelah pertandingan antara al-Masry dan al-Ahly. Kejadian ini membuat Liga Mesir dihentikan selama satu tahun, yang pada waktu itu dihelat 1 Februari 2012 di Port Said.

Kesembilan, total sebanyak 66 orang tewas saat penonton meninggalkan pertandingan Piala UEFA antara Spartak Moscow dan Haarlem, dari Belanda, di Stadion Luzhniki pada 20 Oktober 1982 di Moskow, Rusia.

Kesepuluh, dengan jumlah yang sama yaitu 66 orang dilaporkan tewas seusai laga di Stadion Ibrox Park di Glasgow antara Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers. Tragedi itu terjadi karena pembatas runtuh ketika ribuan penggemar berjalan keluar dari stadion. Peristiwa terjadi pada 2 Januari 1971 di Glasgow, Skotlandia.

Kesebelas, sebanyak 39 orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi pada final Piala (Liga) Champions antara Liverpool dan Juventus di Stadion Heysel, Brussel, Belgia. Saat itu terjadi pada 29 Mei 1985, di Brussel, Belgia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini