SuaraJatim.id - Tim gabungan BNPB, BMKG, dan PT Smart Cakrawala Aviation langsung bergerak ketika melihat awan Cumulus Congestus bergerak masuk ke Jatim di radar BMKG. Mereka langsung mempersiapkan Cessna Caravan 208B nomor registrasi PK-SNN.
Pesawat itu yang akan membawa tim yang berjumlah enam orang itu melakukan penyemaian awan untuk membuat hujan deras di Jawa Timur. Tim terdiri dari dua pilot, yakni Ignatius Amardio K dan Algris Tiarna.
Lalu ada flight scientist, yaitu Artika dan Eka Sartika Nugraha. Serta dua orang lainnya sebagai penabur garam. Dalam radar itu, awan yang biasanya ada di ketinggian enam ribu meter di atas permukaan laut itu akan memasuki daerah Tuban dan Lamongan.
Tim itu pun langsung menghubungi tower penerbangan untuk bisa mendapatkan jadwal penerbangan dari bandara Internasional Juanda. Tepat pukul 18.00 mereka melakukan take-off. Sebanyak satu ton garam dapur (NaCl) mereka bawa.
Baca Juga:Gempa Bumi 3,3 Magnitudo Dekat Surabaya Senin Siang
Itu merupakan penerbangan ke 37 selama operasi modifikasi cuaca (OMC) dilakukan di Jatim. Penerbangan itu dilakukan sekitar dua jam. Hingga saat ini, total 84 jam 40 menit penerbangan sudah tim itu lakukan. Dengan total 35 ton garam yang ditaburkan.
Koordinator Lapangan OMC Jatim Artika mengatakan, operasi penyemaian itu dilakukan tidak menentu. Mereka hanya bergantung pada informasi yang disampaikan oleh BMKG terkait pergerakan awan.
“Jadi, kalau kita melihat ada potensi awan Cumulus Congestus ini memasuki Jatim, kami langsung bergerak untuk melakukan penyemaian,” katanya saat ditemui di posko OMC, di Base Ops Lanudal Juanda, Senin (30/12/2024).
Dia menyebut hari itu, baru dua kali dilakukan penyemaian. Walau, dalam sehari, tim OMC ini memiliki slot penerbangan sebanyak enam kali. “Jadi, kami setiap hari memberikan jadwal saja ke AirNav. Tapi, belum tentu kita gunakan semua,” bebernya.
Bahkan, mereka pernah tidak melakukan penyemaian sama sekali. Karena tak melihat adanya awan Cumulus yang masuk ke Jatim. “Kalau awannya tumbuh di atas darat, kami hanya menyemai menggunakan kapur. Tetapi, baru dua kali kami lakukan,” tambahnya.
Baca Juga:22 Bangunan di Pamekasan Porak-poranda Diterjang Angin Kencang
Dalam melakukan operasi itu, mereka tidak menyiapkan banyak garam dan kapur. Hanya sesuai kebutuhan saja. Saat ini, tim OMC juga masih memiliki 16 ton garam dan tiga ton kapur. “Stok itu bisa kita gunakan dua sampai tiga hari lah,” bebernya.
Sementara itu, Supervisi OMC BMKG Faisal Sunarto mengaku, aktivitas ini sudah dilakukan sejak 18 Desember 2024. Awalnya hanya dilakukan lima hari. Akan tetapi diperpanjang yang rencananya sampai 10 Januari 2025.
Perpanjangan operasi itu diminta langsung oleh Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono. Banyak alasan yang diberikan mantan sekretaris daerah (Sekda) provinsi Jatim itu. Salah satunya ialah peribadatan natal dan tahun baru.
Juga pertumbuhan wisatawan ke Jatim yang saat ini lagi meningkat. Termasuk juga untuk menekan potensi terjadinya bencana alam. Seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung. “Jadi akhirnya kami memperpanjang OMC ini,” bebernya.
Ia menegaskan, dalam operasi itu, PT Smart Cakrawala Aviation merupakan operator kegiatan itu. BMKG sebagai supervisi dan pendanaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mendanai operasi tersebut.
Ia menjelaskan, dalam kegiatan OMC, hanya awan Cumulus Congestus yang dilakukan penyemaian. “Tapi operasi ini hanya mengurangi 30 persen saja potensi hujan. Karena, kami mencegah awan tadi masuk ke Jatim,” bebernya.
Tim OMC tidak akan melakukan penyemaian terhadap awan Cumulus yang sudah berada di atas daratan. Hanya awan yang masih di atas laut yang disemai. Karena target utamanya untuk pencegahan agar tidak masuk ke daerah Jatim.
“Percuma saja kalau kita melakukan penyemaian di atas daratan. Hujan akan menjadi lebih deras. Malah akan memperparah kondisi daratan. Untuk awan yang tumbuh di atas daratan, kami cegah menggunakan kapur. Sehingga awannya tidak akan menyatu,” jelasnya.
Kontributor : Yuliharto Simon Christian Yeremia