SuaraJatim.id - Viral di media sosial narasi larangan penerbangan drone di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terkait ladang ganja yang ditemukan belum lama ini.
Pihak Balai Besar TNBTS baru-baru ini mengklarifikasi narasi tersebut. Tidak ada kaitannya ladang ganja yang belum lama ini terungkap dengan larangan dan tarif drone yang diberlakukan di kawasan TNBTS.
Kepala BBTNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha mengatakan, aturan larangan penerbangan drone di jalur pendakian Gunung Semeru sudah berlaku sejak tahun 2019. Hal itu sesuai dengan SOP Nomor. SOP.01/T.8/BIDTEK)BIDTEK.1/KSA/4/2019 tentang Pendakian Gunung Semeru.
"Pelarangan penggunaan drone dalam pendakian ini adalah untuk menjaga fokus pendaki agar tidak terbagi dengan aktivitas menerbangkan drone yang berpotensi membahayakan pengunjung karena jalur pendakian cukup rawan dengan terjadinya kecelakaan serta untuk menghormati kawasan sakral yang ada di kawasan," ujar Rudijanta dilansir dari Ketik.co.id--partner Suara.com, Selasa (18/3/2025).
Baca Juga:Diduga Ada yang Nekat Naik Semeru Saat Ditutup, TNBTS Turun Tangan Kejar Pendaki Ilegal
Sedangkan untuk tarif penggunaan drone di kawasan TNBTS merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2024 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang Berlaku pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Menurut Rudijanta, aturan itu sudah berlaku sejak 30 September 2024. Penerapan peraturan pemerintah tersebut tidak hanya di wilayah TNBTS, tapi berlaku di seluruh taman nasional dan taman wisata alan lain di Indonesia.
Sementara itu, penemuan ladang ganja merupakan hasil operasi pihak Balai Besar TNBTS bersama Kepolisian Resort Lumajang, TNI, dan perangkat Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang pada periode 18 - 21 September 2024.
Rudijanta mengungkapkan, lokasi penemuan ladang ganja tersebut berada di sisi timur Kawasan TNBTS, sedangkan Wisata Gunung Bromo berada di sisi barat.
Lokasi penemuan kebun ganja dengan Gunung Bromo berjarak sekitar 11 kilometer. Lalu untuk pendakian Gunung Semeru di sisi selatannya dengan jarak 13 kilometer.
Baca Juga:Alasan Pendakian Gunung Semeru Ditutup Lagi, Padahal Baru Dibuka
"BBTNBTS menggunakan drone dalam proses pencarian lokasi untuk mengidentifikasi lokasi tanaman ganja sehingga memudahkan pencarian dan mencari akses menuju lokasi tersebut," katanya.
Berdasarkan lokasi titik koordinat, temuan kebun ganja berad di Blok Pusung Duwur Resort Pengelolaan TN Wilayah Senduro dan Gucialit, Seksi Pengelolaan TN Wilayah III, Bidang Pengelolaan TN Wilayah Il yang secara administratif berada di Kecamatan Senduro dan Gucialit, Kabupaten Lumajang.
"Area penemuan tanaman ganja terbilang sangat tersembunyi karena terletak di kawasan yang tertutup semak belukar yang sangat lebat dengan jenis vegetasi kirinyu, genggeng, dan anakan akasia, serta berada di kemiringan yang curam," jelasnya.
Sebelumnya, Polres Lumajang telah mengamankan empat orang tersangka yang merupakan warga Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Lumajang.
Para tersangka tersebut statusnya sudah menjadi terdakwa dan sedang menjalani sidang di Pengadilan Negeri Lumajang.
"BBTNBTS menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk turut serta menjaga kelestarian kawasan konservasi dan melaporkan aktivitas yang mencurigakan kepada pihak berwenang," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni angkat bicara mengenai penemuan ladang ganja di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) berkat kolaborasi Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan Kepolisian RI, membantah hal itu menjadi alasan penutupan.
"Bahwa ladang ganja itu bukan hasil karya teman-teman Taman Nasional di sana. Tapi itu bekerja sama dengan kepolisian untuk menemukan ladangnya," ujar Menhut Raja Juli dikutip dari Antara.
Raja Juli juga menungkapkan, penutupan tidak terkait dengan ladang ganja yang ditemukan belum lama ini.
"Pakai drone segala macam, dan itu tidak terkait dengan penutupan taman nasional. Kan isunya ‘oh ditutup supaya ganjanya tidak ketahuan, justru dengan drone, dan teman-teman di Taman Nasional yang menemukan titiknya bersama Polhut, itu kita cabut dan menjadi barang bukti yang kita bawa ke polisi," katanya.