Langkah ini sejalan dengan arahan sistem pengelolaan sampah nasional, yang menekankan pentingnya perubahan perilaku sejak dari tingkat rumah tangga.
Melalui kerjasama kolaboratif antar stakeholder, warga di RT 08 RW 04 Kelurahan Latsari menerima fasilitas pendukung berupa tempat sampah terpilah, komposter, timbangan, hingga leaflet edukasi.
Petugas dan kader lingkungan juga turut mendampingi warga dalam proses pemilahan, penimbangan, hingga pencatatan sampah setiap hari, untuk memastikan kebiasaan baru ini berjalan secara konsisten.
Metode pemilahan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: sampah organik (sisa makanan, daun, ranting), sampah anorganik (plastik, kertas, logam), dan sampah B3 (baterai, lampu, botol spray). Pemilahan yang telah dilakukan di rumah, selanjutnya diambil oleh petugas sesuai jadwal yang telah disepakati.
ISWMP memang menjadi program berskala nasional dalam meningkatkan kinerja pengelolaan sampah dengan berbagai kondisi perkotaan yang berbeda di Indonesia.
Baca Juga:Pasca Pesta HUT ke-80 RI, Gubernur Khofifah Turun Langsung Bersihkan Sampah di Taman Apsari
"Kami berharap kegiatan serupa dapat terus berkembang, melibatkan lebih banyak komunitas guna menumbuhkan kepedulian masalah sampah," ungkap Edi Sunarto, Sekretaris DLHP Tuban.
Hasil Nyata Upaya Masyarakat
Seluruh warga yang terdiri dari 37 kepala keluarga di RT 8 RW 4 Kelurahan Latsari telah aktif berpartisipasi dalam kegiatan pemilahan sampah dari rumah masing-masing.
Upaya ini menghasilkan capaian yang cukup signifikan, di mana sebanyak 1.288 kg sampah terpilah berhasil dikumpulkan, terdiri dari 799 kg sampah organik dan 489 kg sampah anorganik.
Capaian ini menjadi bukti nyata bahwa dengan komitmen para stakeholder dalam mendukung dan mendampingi masyarakat, mampu mendorong munculnya kebiasaan sehari-hari yang menjadi langkah konkrit untuk meningkatkan kebersihan lingkungan.
Sampah organik kering kemudian dimanfaatkan oleh Bank Sampah Permata Sejahtera untuk diolah menjadi kompos.
Sementara itu, sisa makanan basah diangkut ke TPS Gang PDI oleh petugas untuk pengelolaan lebih lanjut. Di sisi lain, sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomi disetorkan ke bank sampah, untuk kemudian didaur ulang oleh offtaker lokal.
Perubahan perilaku warga terlihat nyata. Mereka tidak hanya ikut serta dalam program ini, tetapi juga mulai memahami secara langsung manfaat ekonomi dan lingkungan dari pengelolaan sampah yang baik.
Sebagai bentuk apresiasi sekaligus pengingat visual atas komitmen mereka, rumah-rumah yang telah konsisten memilah sampah diberikan stiker khusus. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi pemicu semangat bagi warga lain di sekitar Tuban untuk melakukan hal serupa.
Kisah di Balik Gerakan
Hery Kurniawan, Ketua RT 8, menjadi motor penggerak perubahan perilaku warganya. Memiliki latar belakang di bidang manajemen lingkungan dan pengalaman panjang bekerja di PT Semen Indonesia, Hery memahami betul tantangan sekaligus peluang dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas.
Pengalamannya berinteraksi dengan berbagai komunitas lokal membentuk visi bahwa masalah sampah bukan hanya urusan teknis, tetapi persoalan edukasi dan budaya.
Ia pun menerapkan pendekatan ekopedagogi—metode pembelajaran yang menggabungkan pengetahuan lingkungan dengan praktik nyata—untuk memberdayakan warga di lingkungannya.
Di bawah kepemimpinannya, rapat bulanan RT bukan lagi sekadar forum administrasi, melainkan ruang belajar dan diskusi bersama.
Hery rutin melakukan edukasi dari rumah ke rumah, membimbing warga memilah sampah, mengolah limbah organik menjadi kompos, dan memanfaatkan lahan sempit untuk menanam sayuran.