Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Minggu, 28 April 2019 | 16:16 WIB
Temu Onthel Nasional di Blitar, Jawa Timur. (Suara.com/Agus H)

"Sepeda-sepeda tua ini kan beberapa merk memang juga buatan Belanda," ujar Mariyono Subagyo, pensiunan Dispenda Jatim asal Sidoarjo. Mariyono mengaku selalu hadir pada acara Temu Onthel di Blitar karena dirinya juga pernah berdinas di Blitar juga.

Kepada Suara.com, Mariyono sempat memamerkan salah satu sepeda kasta tertinggi di kalangan pecinta sepeda jadul, yaitu sepeda merk Gaselle. Sepeda buatan Belanda itu kini harganya ada di kisaran Rp 10 juta. Merk-merk lain di kasta itu juga buatan Belanda, seperti Simplek, Pongres, dan Batavus.

Suasana kolonial sebenarnya tidak sepenuhnya dominan jika kita menyaksikan perhelatan jambore para onthelis. Dari sudut lain pemandangan kegiatan mereka mengingatkan pada suasana jalan-jalan di berbagai tempat di Jawa, khususnya, ketika sepeda-sepeda jadul itu masih menjadi andalan transportasi masyarakat.

Sepeda-sepeda yang sudah berumur puluhan tahun, atau sebagian mungkin sudah satu abad lebih itu, beberapa puluh tahun lalu masih memenuhi jalan-jalan di kota maupun di desa. Belakangan sepeda-sepeda itu lebih banyak ditemui di daerah pedesaan, hingga kekinian nyaris tak terlihat karena tergantikan oleh kendaraan bermotor.

Baca Juga: Melongok Aktivitas Pencinta Sepeda Onthel di Solo

"Kalau saya setiap hari masih pakai sepeda terutama untuk bepergian yang tidak terlalu jauh. Sekalian buat olah raga," ujar Mbah Rin, onthelis dari Nganjuk, yang bisa dibilang onthelis garis keras.

Mbah Rin juga memerkan sepedanya, meski bukan kasta tinggi bikinan Belanda, tapi dipenuhi asesori ekstrem. Hampir seluruh bagian dari sepeda itu dibalut kain batik. Berbagai pernak-pernik asesori memenuhi hampir seluruh bagian dari sepedanya. Di bagian depan, tepatnya bagian kemudi, dia tempelkan sepasang tanduk kerbau.

"Semua asesoris ini saya kumpulkan dan pasang bertahap, sedikit demi sedikit selama sekitar empat tahunlah," ujar Mbah Rin bangga.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Blitar, Tri Iman Prasetyono, selaku panitia HUT Kota Blitar yang ke-113 memperkirakan jumlah peserta yang hadir sekitar 5 ribu orang. Jumlah tersebut, ujarnya, turun drastis lantaran berbarengan dengan kegiatan serupa yang diselenggarakan KOSTI di tempat lain.

"Tahun lalu yang datang nggak kurang dari 10 ribu orang," ujarnya. *

Baca Juga: Penjaja Sepeda Onthel di Kota Tua Raup Untung Rp1 Juta Sehari

Kontributor : Agus H

Load More