Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 20 April 2021 | 19:02 WIB
Pengajian Braille komunitas Ngabar para tuna netra Surabaya [Suara.com/Dimas Angga]

SuaraJatim.id - Hampir satu dasawarsa Dian Ika Riani menggelar pengajian Braille bersama komunitas Tuna Netra. Bersyukur, komunitas yang diberi nama 'Ngabar' ini terus berkembang.

Markas pengajian berpusat di Rungkut Asri gang 13 Nomor 16 Surabaya. Meskipun begitu, pengajian digelar berpindah-pindah karena permintaan anggotanya yang kini sudah 50 orang.

"Saya bersama teman-teman komunitas mengaji Braille dan setiap ngaji itu bisa sampai 50, tergantung tempatnya karena kita akan berpindah-pindah. Dari yang ikut juga berganti-ganti anggotanya," ujar Dian pada SuaraJatim.id, Selasa (20/4/2021).

Dian mengatakan komunitas punya beberapa program mengaji Braille. Tapi untuk Ramadhan saat ini hanya mengaji reguler saja.

Baca Juga: Setelah Proyek Lunas, Jembatan Joyoboyo Surabaya Bisa Segera Dibuka

"Sebenarnya kegiatan ini konsepnya ada musiknya yang untuk satu bulan sekali dan hari ini adalah reguler yang setiap minggu dan selalu diadakan setiap hari Selasa," katanya.

Kegiatan ini, Dian menceritakan, diinisiasi oleh Almarhum Dandi Wicaksono dengan anggota yang ada saat ini. Sehingga komunitas ini berdiri pada 2013 lalu.

"Komunitas ini di inisiasi oleh almarhum suami saya, Dandi Wicaksono bermula dari sering tidur di rumah saya, lalu kita buat komunitas di tahun 2013," katanya mengenang.

"Diawali oleh Ustad Arif dan menemani kami di setiap kegiatan mengaji Braille, lalu berpikir bahwa teman-teman tuna netra ini, apalagi disabilitas itu harus dekat dengan Tuhan. Jadi ketika dia membutuhkan sesuatu untuk berharap itu harus kepada Tuhannya," ungkap Dian.

Lambat laun komunitas ini membesar. Tantangan Ustaz Arif, pengajar ngaji, ketika komunitas membesar maka kegiatan harus berkembang. Sehingga sekarang komunitas ini tak hanya mengaji Braille oleh Tuna Netra, tapi juga tuna rungu, tuna daksa turut serta dalam pengajian.

Baca Juga: Jadwal Buka Puasa Surabaya dan Sekitarnya, Selasa 20 April 2021

"Program Adu Soro sejak 2019, terakhir bulan lalu dengan pengamen angklung. Nah di situ kita tunjukin ke penjaga makam juga, ada juga ke pengumpul sampah," kata Ustad bernama lengkap Arif Hadi Umar ini.

Yang dimaksud Adu Soro adalah, saling mencurahkan kesusahan masing-masing agar bisa lebih bersyukur apa yang sudah diberikan Tuhan.

"Ke daerah-daerah untuk bertemu dengan saudara-saudara kita di daerah, untuk adu nasib, soro-soroan antara kesusahan mereka dengan orang lain, sama-sama saling memotivasi. Sosialisasi juga, bahwa penyandang disabilitas ini juga bisa mandiri," kata Ustad Arif.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More