Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Kamis, 24 November 2022 | 11:00 WIB
TKP kasus tewasnya santri asal Ngawi di Ponpes Masaran Sragen [Foto: Beritajatim]

SuaraJatim.id - Kasus santri asal Ngawi Jawa Timur ( Jatim ) yang meninggal di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, Masaran Sragen Jawa Tengah ( Jateng) terus disidik oleh kepolisian Sragen Jawa Tengah.

Terbaru, pengurus pondok pesantren akhirnya merespons kasus meninggalnya santri bernama Daffa Washif Waluyo atau DWW (14) asal Kecamatan Kedunggalar Ngawi itu. Korban diduga meninggal karena dianiaya seniornya di pondok.

Ponpes Ta’mirul Islam meminta maaf dan menyerahkan kasusnya pada proses hukum yang dijalankan Kepolisian. Surat yang ditandatangani Muhammad Halim selaku Pimpinan Ponpes Ta’mirul Islam pada 22 November 2022 itu juga menjelaskan terkait penganiayaan itu dilakukan oleh satu orang.

"Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas masukan, saran, bahkan kritikan dari seluruh lapisan masyarakat berkaitan peristiwa meninggalnya Ananda kami Daffa Washif Waluyo dari Ngawi," katanya dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Kamis (24/11/2022).

Baca Juga: Kematian Misterius Santri Ngawi di Pondok Masaran Jateng, Keluarga Tunggu Hasil Autopsi

"Ini semua akan kami jadikan catatan dan pelajaran berharga buat segenap Pengasuh dan Pengajar di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam, dan dalam kesempatan ini, Pimpinan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam menyampaikan beberapa hal penting," tulis Halim dalam surat pernyataan.

Dalam poin pertama, Halim menyampaikan permohonan maaf sekaligus bela sungkawa atas meninggalnya DWW. Pihak ponpes, kata Halim, berharap agar kekerasan serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

"Kedua, bahwa seluruh santri adalah anak-anak mereka, amanah dan titipan dari para orang tua untuk kami asuh dan didik," ujarnya menambahkan.

"Demikian juga dengan ananda Daffa Washif Waluyo. Almarhum adalah anak mereka. Wafatnya almarhum merupakan duka cita dan kesedihan yang mendalam bagi seluruh elemen pondok," kata Halim.

Pada poin ketiga, Halim menyatakan pimpinan Ponpes Ta’mirul Islam mengajak seluruh santri, asatidz, alumni, dan wali santri Ta’mirul Islam di manapun berada untuk membacakan doa, Al Fatihah dan Yasin, secara serentak untuk almarhum Daffa Washif Waluyo.

Baca Juga: Santri Ngawi Meninggal di Pondok Sragen Jateng, Diduga Korban Kekerasan

"Serta doa untuk kebaikan keluarga almarhum dan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam. Semoga Allah selalu mengampuni dan meridhoi kita semua. Amin Yaa Robbal ‘Alamiin," kata dia.

"Keempat, bahwa sesungguhnya kekerasan di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam dalam bentuk apapun, baik untuk menegakkan disiplin ataupun pemberian hukuman adalah dilarang."

"Adapun kekerasan yang terjadi adalah sebuah pengkhianatan terhadap amanat yang kami berikan, dan tindakan kekerasan yang berujung pada wafatnya ananda kami ini, adalah dilakukan oleh satu orang," ujarnya.

Kelima, mereka menyatakan jika berkomitmen kuat untuk menyelesaikan kasus sampai tuntas dengan mengikuti setiap proses hukum yang ada bersama dengan keluarga almarhum dan aparat kepolisian. Pihak ponpes menyebut telah ada pemeriksaan dan penyelidikan oleh Kepolisian Resor Sragen.

Keenam, pondok menegaskan tidak memungkiri terkait adanya dugaan tindakan kekerasan yang berujung pada wafatnya Daffa Washif Waluyo. Untuk kronologis kejadian diserahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian, termasuk terkait motif di balik dugaan kekerasan yang berujung pada wafatnya santri kami.

"Pelaku kekerasaan akan kami keluarkan dan kami kembalikan ke orangtua. Dan selanjutnya kami akan tetap bekerjasama dengan kepolisian terkait penyelesaian masalah ini," ujarnya memungkasi.

Load More