SuaraJatim.id - Angka stunting di Indonesia pada 2023 mengalami penurunan 0,1 persen dari 21,6 persen 2022 menjadi 21,5 persen. Danone Indonesia menyadari bahwa masalah stunting di negeri kita disebabkan banyak faktor. Seperti tingginya anemia pada remaja perempuan dan ibu hamil, buruknya sanitasi atau akses air bersih hingga anak bayi kurang asupan zat besi dari air susu ibu (ASI) dan dari asupan Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Nutrisionist Puskesmas Singojuruh, Ruvy Rizka yang mendampingi Desa Binaan Danone Indonesia yaitu Desa Benelan Kidul, Banyuwangi menyatakan cukup banyak para ibu memberikan asupan nasi dan sayur bening kepada balita atau bayi bawah lima tahun. Bahan makanan seperti ikan tidak diberikan, salah satunya anggapan ibu hamil tidak boleh mengonsumsi ikan.
"Jadi mereka dulu menganggapnya, ibu hamil nggak boleh makan ikan takut amis dan segala macam. Tapi setelah diedukasi baru mereka tahu, oh ternyata boleh ya. Nah, biasanya kalau ibu hamil sudah semangat, neneknya yang melarang. Kalau sudah begitu neneknya yang kami edukasi," jelas Ruvy.
Bukan sekadar edukasi penjelasan semata, Ruvy berhasil membuat ibu-ibu di Desa Benelan Kidul melakukan praktik baik di tengah keterbatasan karena tidak ada power point untuk menjelaskan.
Hasilnya setelah pendampingan dan bantuan dari Danone Indonesia, kini para ibu di desa itu sudah bisa membuat kreasi makanan bergizi dengan bentuk unik, sehingga anak tertarik untuk memakan dan mencobanya. Apalagi anak juga perlu dikenalkan pada beragam makanan, termasuk menggunakan pangan lokal yang mudah didapatkan di sekitar tempat tinggal.
Ini juga jadi alasan untuk ke-9 kalinya Jelajah Gizi digelar Danone Indonesia setiap tahunnya. Kali ini Jelajah Gizi yang melibatkan lebih dari 30 penggiat media sosial dan media nasional Indonesia menyambangi Banyuwangi, Jawa Timur.
Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan berbagai penyebab stunting ini perlu diintervensi secara serius. Ini karena masalah stunting dan anemia seumpama lingkaran yang akan terus berputar dan terjadi terus menerus jika tidak diputus.
"Nutrisi seimbang dan hidrasi yang berkualitas menjadi kunci untuk mencegah dan memutus mata rantai stunting juga anemia. Sebagai bentuk komitmen Danone Indonesia dalam membawa kesehatan melalui makanan dan minuman ke sebanyak mungkin orang, kami terus ingin mengedukasi seputar kekayaan dan potensi pangan lokal kepada masyarakat Indonesia melalui program Jelajah Gizi yang sudah dilaksanakan sejak 2013," papar Arif Mujahidin dalam sambutannya di rumah makan tradisional Banyuwangi, Srengenge Wetan.
Ikan Lemuru Banyuwangi Miliki Gizi Setara Salmon
Lebih jauh Arif menilai makanan bergizi untuk anak, orangtua tidak perlu mencari di luar kota, tapi bisa dengan menyantap menu makanan berbahan pangan lokal. Dengan cara ini selain mudah, cepat dan murah, tapi juga lebih ramah lingkungan karena tidak banyak menghabiskan 'bensin' yang digunakan kendaraan untuk mengirim bahan untuk memasak dari luar kota atau luar negeri.
"Program ini kami harapkan dapat mengedukasi masyarakat bahwa nutrisi harian anak dan keluarga dapat kita penuhi lewat pangan lokal yang terjangkau, juga mudah kita temukan di lingkungan sekitar,” lanjutnya.
Keberadaan bahan pangan lokal juga dibenarkan Ruvy, yang mengungkap Banyuwangi punya sumberdaya ikan lemuru yang melimpah. Ikan ini memiliki harga sangat terjangkau, bahkan bisa dijangkau kalangan masyarakat ekonomi lemah.
"Kalau Lemuru di mana aja gampang, cara dapatnya gampang di pedagang sayur keliling itu pasti bawa ikan lemuru. Satu kertas sekitar setengah kilogram, ada yang seperempat kilo, isinya sekitar 8 itu cuma 4 ribu," jelas Ruvy, alumnus Akademi Gizi Surabaya.
Menariknya, meski harganya murah tapi bukan berarti kandungan gizinya juga murahan. Ini karena menurut Ahli Gizi sekaligus Guru Besar Bidang Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ahmad Sulaeman mengatakan kandungan gizi ikan lemuru setara dengan ikan salmon, berkat kandungan lemak omega 3 yang penting untuk tubuh.
"Setara dengan salmon, Baik dari proteinnya, maupun dari kandungan DHA-nya, kemudian juga mineralnya. Kenapa harus salmon ketika ada yang jauh lebih murah. Di ikan lemuru itu yang sangat tinggi itu kandungan lemak esensial omega 3 ada eicosapentaenoic acid (EPA), ada dokosaheksaenoat acid (DHA)," jelas Prof. Ahmad.
Berita Terkait
-
Eri Cahyadi Raih Gelar Doktor di Unair, Disertasinya Tentang Kesehatan Organisasi
-
Yankes Bergerak ke Pulau Sapudi, Siap Beri Layanan Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat di Kepulauan Madura
-
Optimal dalam Layanan Kesehatan, RSUD Dr. Soetomo Raih Paramakarya Dharmartha Husada
-
19 SDM Kesehatan Jatim Raih Penghargaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Nasional 2024
-
Untuk Mempermudah Layanan Kesehatan, Pemkot Surabaya Sediakan 1 RW 1 Nakes dan 1 Ambulans Kelurahan
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Retakan Tanah Raksasa Menganga di Madiun, Puluhan Warga Mengungsi
-
DPRD Jatim Sentil Skema Dana Pengganti TKD: Apa itu Maksudnya?
-
Mendesak Keadilan Pendidikan, DPRD Jatim Dorong Perlakuan Setara bagi Guru Madrasah
-
Saldo DANA Kaget Bikin Bahagia di Awal Pekan! Klaim 4 Link Ini, Berpeluang Cuan Rp299 Ribu!
-
Satu Keluarga Tertimbun Longsor di Trenggalek, 4 Meninggal Dunia