- Polisi baru-baru ini menyebutkan adanya ratusan anak-anak atau pelajar terindentifikasi sebagai korban rekrutan kelompok teroris.
- DPRD Jatim sigap melakukan antipasi dengan berkoordinasi bersama Bakesbangpol, Kominfo dan aparat penegak hukum.
- Pihak-pihak terkait diminta melakukan pengawasan di media sosial, game online hingga pinjol.
SuaraJatim.id - Polisi baru-baru ini menyebutkan adanya ratusan anak-anak atau pelajar terindentifikasi sebagai korban rekrutan kelompok teroris.
Anggota Komisi A DPRD Jatim Sumardi angkat bicara mengenai data kepolisian tersebut.
Politikus Partai Golkar itu menyebut segera melakukan koordinasi dengan lintas sektor untuk mencari tahu dan mengantisipasi kemungkinan adanya anak atau pelajar di Jatim yang terafiliasi dengan jaringan teroris.
Sejauh ini belum ada laporan anak-anak atau pelajar yang terpapar kelompok teroris. Pun demikian Komisi A DPRD Jatim yang membidangi hukum dan pemerintah akan berkordinasi dengan pihak-pihak terkait.
"Antisipasi pasti. Karena kelompok-kelompok seperti itu kan pasti juga senyap dan cara doktrinisasinya mereka juga pasti tidak mungkin kelihatan begitu. Kita mendengar mereka juga cukup rapi ya mengelompokkan atau mengklaster anak-anak muda yang mau dikader. Ini juga mereka sangat rapi," kata Sumardi.
Koordinasi dengan sejumlah pihak dilakukan, salah satunya dengan menggalakkan cyber patroli bersama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur, Kominfo, serta aparat penegak hukum.
"Bagaimana nantinya mereka melakukan pengawasan dan monitoring terkait dengan akun-akun tertentu (kemungkinan terafiliasi kelompok teroris)," ungkapnya.
Pengawasan tersebut tidak hanya dilakukan di media sosial, tetapi juga game online hingga pinjol. "Ruang-ruang digital lain seperti pinjol itu kadang-kadang dimasuki juga," tegasnya.
Informasi mengenai adanya pelajar atau anak-anak yang terpapar kelompok teroris melalui media sosial ini tentunya mengkhawatirkan.
Baca Juga: DPRD Jatim Bahas Perubahan Perangkat Daerah, Urusan Ekonomi Kreatif Masuk Disbudpar
Temuan tersebut menandakan ruang digital sudah dijadikan jalan bagi kelompok tersebut untuk menyebarkan doktrinnya.
Sebelumnya, Mabes Polri menyebutkan setidaknya ada 110 anak berusia 10 hingga 18 tahun di 23 provinsi diduga teridentifikasi sebagai korban perekrutan kelompok teroris. Data tersebut berdasarkan temuan Densus 88.
Anak dan pelajar tersebut terpapar dari media sosial dan game online. Cara yang dilakukan dengan menggunakan video pendek, animasi, meme, serta musik yang dikemas menarik untuk membangun kedekatan emosional dan memicu ketertarikan ideologis.
Setelah berhasil melakukan pendekatan, kelompok teroris lantas memperkenalkan narasi-narasi radikal. Mereka yang terpapar kemudia dihubungi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
OJK Lapor Bunga Kredit Perbankan Sudah Turun, Cek Rinciannya
-
Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis
-
Profil Hans Patuwo, CEO Baru GOTO Pengganti Patrick Walujo
-
Potret Victor Hartono Bos Como 1907 Bawa 52 Orang ke Italia Nonton Juventus
-
10 City Car Bekas untuk Mengatasi Selap-Selip di Kemacetan bagi Pengguna Berbudget Rp70 Juta
Terkini
-
DPRD Ingatkan Rekrutmen Teroris Kini Makin Rapi dan Senyap, Pengawasan Harus Total
-
Waka BGN Ingatkan SPPG: Libatkan Petani Kecil dan UMKM sebagai Pemasok Makan Bergizi Gratis!
-
Banjir Lahar Semeru Hancurkan SDN Supiturang 2 Lumajang, Siswa Kini Numpang Belajar di Sekolah Lain!
-
Dampak Erupsi Semeru: 3 Warga Luka Berat, 204 Hektare Lahan Pertanian Rusak!
-
BRI Perkuat Segmen Konsumer dan Layanan Bank Emas sebagai Sumber Pendapatan di Masa Depan