Joget dan Air Mata Sang Lurah Saat Serahkan Kiai Gadakan ke Bung Karno

Wasiat leluhur sang kepala desa akhirnya terbukti ketika seorang raja yaitu Bung Karno benar-benar memasuki rumah keluarga sang kepala desa.

Chandra Iswinarno
Selasa, 10 September 2019 | 18:37 WIB
Joget dan Air Mata Sang Lurah Saat Serahkan Kiai Gadakan ke Bung Karno
Kushartono menunjukkan dua pusaka milik Bung Karno di Ndalem Pojok, Kediri, Selasa (10/9/2019) usai prosesi jamasan. [Suara.com/Agus H]

SuaraJatim.id - Bagaimana Bung Karno menerima Pusaka Kyai Gadakan, sebilah keris dan tombak yang dimandikan hari ini di Ndalem Pojok, Kediri, ternyata menyimpan cerita unik dan mengharukan.

Pusaka itu diberikan seorang kepala desa di Daerah Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah dengan cara unik, yaitu sang kepala desa terlebih dulu berjoget-joget sambil mengucurkan air mata.

Kisah itu dituturkan oleh Kushartono, cucu pemilik Ndalem Pojok RM Panji Soemosewojo di lokasi prosesi jamasan Kyai Gadakan, Selasa (10/9/2019).

Suatu ketika di tahun 1947, tutur Kushartono, Bung Karno sebagai Presiden RI melakukan kunjungan kegiatan belajar-mengajar di sebuah balai desa di Kabupaten Grobokan Purwodadi bersama rombongan dan RM Sajid Soemodiharjo selaku Kepala Rumah Tangga Istana.

Baca Juga:Ndalem Pojok, Saksi Bisu Kusno Kecil Diruwat Menjadi Soekarno

Tak lama sesampainya di lokasi, tiba-tiba Presiden Soekarno kebelet ingin kencing.

"’Pak aku kebelet pipis ora iso ditahan iki (Pak, aku kebelet kencing gak bisa ditahan ini)’,  kata Bung Karno  sebagaimana diceritakan oleh kakek saya, RM Sajid," ujar Kushartono.

RM Sajid sendiri merupakan adik dari Soemosewojo. Menurut Kushartono, RM Sajid segera memanggil ajudan yang kemudian mengantarkan Bung Karno ke sebuah rumah yang terletak tidak jauh dari balai desa tempat kegiatan berlangsung.

Tetapi begitu Bung Karno menginjakkan kakinya ke rumah tersebut, seorang pria yang kemudian diketahui adalah kepala desa setempat langsung berjoget dengan wajah berurai air mata.

"Tentu Bung Karno terheran-heran, termasuk Eyang  kami yang waktu itu mendampingi  Bung Karno ikut terheran-heran," tambah Kushartono.

Baca Juga:Pusaka Tombak dan Keris Peninggalan Bung Karno Dijamas di Pojok Ndalem

Pria yang berjoget-joget itu, lanjut Kushartono, menyampaikan kepada Bung Karno dan RM Sajid bahwa dia memegang amanat untuk menyimpan pusaka dari leluhurnya yang harus diserahkan kepada seorang raja yang memasuki rumahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini