Maka ketika Bung Karno memasuki rumah itu kegirangan sang kepala desa meluap bercampur haru lantaran amanat itu ternyata sudah diturunkan oleh beberapa generasi dari keluarga sang kepala desa, ujar Kushartono.
“Dan baru pada generasi sang kepala desa itu amanat tersebut bisa terlaksana.”
"Sebab jika dipikir ya memang benar, mana mungkin ada raja masuk ke rumahnya. Karena, keluarga itu sempat beranggapan amanat itu mustahil bisa terlaksana,” tambah Kushartono.
Tapi hari itu, ujarnya, wasiat leluhur sang kepala desa akhirnya terbukti ketika seorang “raja” yaitu Bung Karno benar-benar memasuki rumah keluarga sang kepala desa.
Baca Juga:Ndalem Pojok, Saksi Bisu Kusno Kecil Diruwat Menjadi Soekarno
Dia yakin tidak salah sasaran, tutur Kus, segera keris Kiai Gadakan diserahkan kepada Presiden Soekarno.
Sepulang dari kunjungan itu, Bung Karno lantas menitipkan Kyai Gadakan ke RM Sajid yang kemudian menyimpannya di Ndalem Pojok yang kini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Dan Bung Karno, ujar Kushartono, entah lupa atau sengaja, tidak pernah mengambil atau meminta kembali pusaka tersebut.
Andri Setiawan, pecinta tosan aji yang memimpin jamasan Kyai Gadakan mengatakan bahwa kedua pusaka tersebut dibuat oleh Mpu Supo yang menciptakan Keris Kyai Sengkelat untuk Raja Brawijaya dari Majapahit.
"Tombak itu jenis Kyai Totog. Kerisnya jenis Kyai Sengkelat yang memang diperuntukkan buat raja," ujarnya, sembari menambahkan kemungkinan kedua pusaka milik Bung Karno tersebut dibuat pada era awal Mataram Islam atau era akhir Majapahit.
Kontributor : Agus H
Baca Juga:Pusaka Tombak dan Keris Peninggalan Bung Karno Dijamas di Pojok Ndalem