SuaraJatim.id - Desakan kepada pemerintah Indonesia agar bersikap tegas kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron menguat. Kali ini datang dari Pamekasan Madura, Jawa Timur.
Menurut Ketua Laskar Sholawat Nusantara Pamekasan, Wazirul Jihad, pernyataan Presiden Macron memicu kontroversi. Sementara pemerintah Indonesia belum bersikap, sekalipun Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia.
"Pernyataan kontroversi Presiden Prancis bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis tentunya sangat melukai hati umat Islam dunia, tidak terkecuali di Indonesia yang notabene menjadi salah satu negara muslim terbesar di dunia," kata Wazirul Jihad, seperti dikutip dari beritajatim.com, jejaring suara.com, Kamis (29/10/2020).
Pernyataan kontroversi Presiden Prancis diawali saat berbicara seputar penikaman di pinggiran kota Conflans Sainte Honorine Paris, Prancis, Jumat (16/10/2020) lalu.
Baca Juga:Dianggap Lukai Umat Islam, Menag Ikut Kecam Presiden Prancis
Korban tewas beberapa hari setelah mengajar tentang sekularisme dan kontroversi seputar penerbitan kartun Nabi Muhammad oleh majalah satir Charlie Hebdo.
Bahkan Presiden Prancis juga menyatakan akan membiarkan penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW dengan dalih kebebasan berekspresi.
Kedua pernyataan tersebut dinilai sangat melukai hati umat Islam dunia, terlebih ia juga berupaya mengajukan Rancangan Undang-Undang untuk memperkuat UU Tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dengan negara Prancis.
"Dari itu kami memohon kepada pemerintah Indonesia untuk memberi peringatan kepada Presiden Prancis, sekaligus menegur dan menekan agar meminta maaf kepada seluruh umat Islam dunia. Terlebih kami merasa sangat sakit hati ketika Nabi kami dihina dan reaksi Presiden Prancis justru menyalahkan agama kami," katanya.
Pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum PPP Pamekasan juga meminta kepada kepada pemerintah untuk meminta langkah konkrit dan tegas.
Baca Juga:Netizen Indonesia Tunggu Erdogan Berani Bakar Tas Hermes Istrinya
"Jadi kami meminta kepada pemerintah Indonesia, khususnya bapak Presiden Joko Widodo agar menegur Presiden Prancis dan menuntut untuk meminta maaf kepada muslim dunia," ujarnya.
"Jika permintaan ini tidak dilakukan, justru umat Islam dunia khususnya di Indonesia akan mencurigai pemerintah yang notabene menjadi salah satu negara dengan predikat muslim terbesar di dunia. Bahkan tidak menutup kemungkinan nantinya justru muncul asumsi jika umat Islam hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik semata," katanya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mengajak seluruh umat Islam dunia agar bersama-sama melakukan boikot untuk menggunakan produk asal Prancis sebagai salah satu bentuk protes.
"Langkah ini penting dilakukan agar watak dan praktik kebencian, pelecehan dan penghinaan kepada umat Islam mendapat respon tegas, termasuk yang dilakukan Presiden Prancis," ujar Wazirul Jihad.
"Bagaimanapun praktik Islamophobia yang bertentangan dengan nilai toleransi dan kebersamaan itu, sejatinya tidak boleh dilakukan oleh siapa pun, termasuk seorang presiden. Namun tidak kalah penting, reaksi umat Islam Indonesia jangan terlalu berlebihan dan tidak boleh anarkis," katanya.