Lagi, Dokter Ingatkan Risiko Virus Corona Lebih Tinggi Pada Perokok

Risiko keparahan karena infeksi virus Corona Covid-19 pada perokok disebut lebih tinggi. Dokter pun mengungkap penyebabnya. Apa?

M. Reza Sulaiman
Selasa, 10 November 2020 | 16:38 WIB
Lagi, Dokter Ingatkan Risiko Virus Corona Lebih Tinggi Pada Perokok
Ilustrasi larangan merokok. (Shutterstock)

SuaraJatim.id - Risiko keparahan karena infeksi virus Corona Covid-19 pada perokok disebut lebih tinggi. Dokter pun mengungkap penyebabnya. Apa?

dr. Vito Anggarino Damay, Sp.JP menyebut salah satu gaya hidup yang bisa meningkatan risiko penularan Covid-19 dan penyakit tidak menular lainnya adalah merokok.

Hal ini diungkapkannya dalam Dialog Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru yang diselenggakan oleh Komite Nasional Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (9/11/2020) kemarin. 

Selain seorang perokok harus melepas masker saat merokok, kebiasaan merokok beramai-ramai juga kerap tidak mengindahkan jarak yang aman. Ditambah lagi risiko virus yang masuk dari tangan yang memegang rokok pun masih ada.

Baca Juga:Ketimpangan Sociopreneur Pusat dan Daerah Masih Tinggi di Masa Pandemi

Lebih daripada itu, Covid-19 adalah penyakit yang menyerang paru-paru, sementara merokok merusak fungsi paru-paru dan menurunkan kekebalan tubuh.

Saat perokok terinfeksi Covid-19, lebih susah memerangi virus ini. Bukti-bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa perokok memiliki tingkat kematian dan keparahan yang lebih tinggi dibanding pasien Covid-19 yang bukan perokok.

"Yang paling kasihan perokok pasif. Karena mereka ini adalah bukan penikmat rokok tapi terkena imbas dari asapnya yang terhirup secara tidak langsung. Walaupun memang yang paling berat adalah perokok itu sendiri, karena pada asapnya itu ada sel-sel radang yang menyebabkan kemampuan pertahanan tubuh kita berkurang. Sehingga saat terinfeksi virus dan penyakit-penyakit lain, lebih gampang terserang," tambah dr. Vito Anggarino Damay.

Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, memang tidak perlu vaksin khusus untuk melawannya. Penyakit ini bisa dicegah dengan menjaga pola hidup yang sehat.

Dengan begitu, risiko terkena penyakit jantung koroner atau serangan jantung bisa dihindari hingga 80 persen.

Baca Juga:Angka Kesembuhan Covid-19 Meningkat, Sumut Masuk Zona Orange

"Kuncinya kita harus tetap bergerak, karena saat kita bergerak imunitas bisa meningkat. Imunitas ini terdiri dari sel-sel kekebalan tubuh, yang lebih bagus saat sirkulasi kita lancar. Sirkulasi kita lancar tercipta saat kita bergerak dan aktivitas pompa jantung kita lebih baik. Jadi pada akhirnya kita bisa menjaga tubuh kita secara keseluruhan untuk kuat menghadapi penyakit dan risiko penyakit jantung sekaligus," terang dr. Vito Anggarino, dalam siaran pers yang diterima Suara.com.

Sementara itu dr. Reisa Broto Asmoro, Juru Bicara Satgas Covid-19, menyebut jumlah kasus sembuh dan selesai melakukan isolasi Covid-19 di Indonesia meningkat menjadi lebih dari 350.000 kasus per Kamis (5/11).

Dengan begitu angka kesembuhan (recovery rate) pasien Covid-19 di Indonesia mencapai lebih dari 82%. Pemerintah berterimakasih kepada 29.000 dokter umum dan spesialis, 9.600 relawan tenaga kesehatan Nusantara Sehat dan internship, juga 300 relawan ahli teknologi laboratorium medik, yang telah bekerjasama berjuang tanpa lelah selama pandemi Covid-19.

"Prestasi ini sebaiknya kita pertahankan bersama bapak dan ibu sekalian. Tugas kita bersama adalah untuk kompak dan tidak menambahkan kasus baru. Covid-19 bukan satu-satunya penyakit yang kita lawan di Indonesia. Masih ada penyakit menular lainnya seperti, demam berdarah dengue, rabies, hepatitis, avian flu, malaria, yang juga butuh penanganan serius dari para kolega saya, dokter dan ahli tenaga kesehatan masyarakat lainnya," ujar dr Reisa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini