Maaher berdusta kah soal kata Lonte?
Ribut-ribut istilah kata Lonte yang menurut Maaher biasa dipakai orang Medan, Sejarahwan Sumatera Barat, Profesor Gusti Anan melalui bukunya yang berjudul "Sejarah Minangkabau, Loanwords dan Kreativitas Berbahasa Urang Awak (2020)", kata lonte diserap dari kosakata bahasa Belanda.
Istilah Lonte diambil dari dua kata yaitu "lonn" yang berarti upah, dan ditambah dengan "tje", yang berarti kecil atau disayangi. Lalu dua kata ini digabungkan dan menjadi "lonntje".
Lama kelamaan penyebutan kata lonntje tersebut menjadi lonte, yang memiliki arti seseorang yang diberi upah atau juga bisa diartikan "upahan yang disayang". Dalam sehari-hari, kata lonte justru dipakai untuk menyebut perempuan yang melayani lelaki hidung belang.
Baca Juga:Sebut Lonte saat Ceramah Maulid, Rabithah Alawiyah Sentil Rizieq Shihab
Selain itum Lonte juga diserap dari bahasa Jawa, lonthé. Kata itu justru mengacu pada jenis serangga yang menyerupai kumbang. Penjelasannya terdapat dalam kamus Bahasa Jawa karya W.J.S. Poerwadarminta berjudul "Baoesastra Djawa" yang terbit pada 1939.
Menurut Poerwadarminta, lonthé berarti 1. brêm (bngs. kuwawung cilik), 2 palanyahan. Sedangkan “kuwangwung” sendiri dijelaskan sebagai ampal atau hama kelapa.
Selain itu, ada juga yang menyebut serangga itu dengan nama katimumul. Orang Jawa Tengah menyebut hewan ini dengan nama othé-othé tapi di Jawa Timur disebut dengan lonthé. Masyarakat Jawa zaman dulu biasa memakan lonthé. Namun terlebih dahulu serangga itu dibakar sebelum dimakan.
Lonthé sejenis kumbang dan berwarna coklat. Serangga ini biasanya muncul di waktu senja dan termasuk hewan nocturnal. Dia juga bisa mengeluarkan bau harum dan sukanya mengerubungi cahaya atau api.
Sebutan lonthé kemudian digunakan untuk merujuk ke orang yang tingkah lakunya mirip serangga tersebut. Suka keluar malam, pakai parfum wangi, dan suka mengerubungi gemerlap cahaya (tempat dugem). Mungkin karena inilah, kata lonthé lantas ditujukan kepada pekerja seks.
Baca Juga:Banyak Pengikut dan Jadi Panutan, Kata Lonte Tak Bagus Diucap Habib Rizieq
Perumpamaan itu sama seperti perkembangan kata sontoloyo (penggembala bebek), bajingan (kusir gerobak), germo (pemburu harimau) dan ciblek (nama burung kecil) yang kekinian sering dipakai sebagai umpatan dan istilah yang berkonotasi negatif.