SuaraJatim.id - Seorang pria berinisial A (18) warga Dusun Jadugan, Desa Mojosari, Puger, Jember tega menghabisi ayah kandungnya sendiri dengan cara sadis.
A membunuh ayahnya, Haji Jen dengan cara memenggal kepalanya. Kejadian itu berlangsung pada Senin (27/1/2025) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB.
Setelah membunuh ayahnya, A diketahui sempat berlari ke tetanganya Pur. Pelaku dengan tubuh penuh darah serta golok di tangan menggedor pintu rumah Pur sembari berteriak "Ada Maling!".
Pur yang terbangun karena gedoran A lantas keluar rumah. Namun, dia justru diserang dengan golok.
Baca Juga:Rekam Jejak Pelaku Mutilasi Mayat dalam Koper di Ngawi, Ternyata Penjual Mobil Bodong
Secara cepat Pur langsung menutup pintu, sehingga sabetan golok tak sampai mengenainya.
Mengutip dari Suara Indonesia--partner Suara.com, tetangga korban, Kasim mengaku sempat mendengar keributan yang ada di rumah korban. Dia sempat berniat membantunya. Akan tetapi, justru A menyerangnya.
Kasim mengalami luka di tangan dan tubuhnya. Dia pun harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Menurut ketrangan sejumlah saksi, korban sempat berusaha mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya sendiri. Saat polisi tiba di lokasi, A sempat berteriak meminta agar dirinya ditembak. “Saya ingin mati bersama Abah,” katanya lantang dikutip.
Polisi langsung membekuk pelaku dan membawanya rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Petugas kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Baca Juga:Ledokombo Jember Siaga, BPBD Keluarkan Peringatan, Warga Diminta Lebih Hati-Hati
Muncul dugaan, pelaku mengalami depresi. Dua hari terakhir sebelum kejadian, suasana di rumah A sudah tidak tenang. Warga dan keluarga sering melihat pelaku uring-uringan, mudah marah, dan acap kali melontarkan kata-kata kasar.
Puncaknya pada Senin dini hari, A menyerang ayahnya setelah terlibat cekcok. Belum diketahui bagaimana kronologinya.
Beberapa waktu lalu keluarga korban sempat mencari 'orang pintar' untuk mengobati pelaku A yang dikira kesurupan. Akan tetapi, tragedi sadir itu keburu terjadi.
Ahmad, salah seorang warga, mengatakan, keluarga sebenarnya sudah menyadari perubahan perilaku A. Bahkan, mereka sempat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, berharap bisa menemukan solusi untuk pemuda yang sedang dalam kondisi tertekan itu.
Banyak isu yang beredar di tetangga, mulai dari depresi karena permintaan sepeda motornya tak kunjung dipenuhi, tekanan keluarga, hingga kecanduan game online. Polisi masih melakukan penyelidikan untuk mencari tahu motif pembunuhan.
Keluarga A dikenal orang mampu, dengan memiliki toko bangunan di desa mereka.
Sementara itu, jenazah Haji Jen telah dibawa ke kamar mayat RSD dr Soebandi Jember. Tragedi ini menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan warga Mojosari, sekaligus menjadi pengingat betapa pentingnya kesehatan mental di tengah tekanan hidup.