- Yasinan berakar dari tradisi membaca surat Yasin, bukan amalan baru, dan memiliki dasar syariat kuat.
- Surat Yasin diyakini membawa ampunan, ketenangan, serta rahmat bagi yang sakit atau telah wafat.
- Tradisi yasinan di Nusantara jadi sarana silaturahmi, doa bersama, dan wujud cinta umat pada Al-Qur’an. Bisa buka di https://islam.suara.com/alquran
SuaraJatim.id - Bagi masyarakat Indonesia, kegiatan yasinan sudah menjadi bagian dari kehidupan spiritual sehari-hari — dari malam Jumat, mendoakan orang yang wafat, hingga bentuk silaturahmi antarwarga.
Tapi tahukah Anda, dari mana sebenarnya tradisi ini berasal dan mengapa begitu melekat di Nusantara?
Sebagaimana dikutip dari YouTube Pecinta Para Wali, berikut 7 fakta menarik tentang sejarah dan makna di balik yasinan yang jarang diketahui banyak orang.
1. Yasinan Bukan Amalan Baru
Baca Juga:DVI Jatim Ungkap Identitas 3 Korban Ponpes Al Khoziny: Ini Datanya!
Banyak yang mengira yasinan adalah praktik baru tanpa dasar syariat, padahal tidak demikian. Istilah “yasinan” hanyalah bentuk penyederhanaan dari kegiatan membaca surat Yasin baik dilakukan sendirian maupun berjamaah.
Sebagaimana umat Islam membaca tahlil, kisah Nabi, atau surat-surat Al-Qur’an lainnya, membaca Yasin juga merupakan bagian dari ibadah yang penuh makna. Rasulullah ﷺ sendiri membaca surat Yasin, meski beliau tidak menyebut istilah “yasinan” secara langsung.
2. Hadis Tentang Keutamaan Membaca Yasin
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa membaca surat Yasin pada malam hari dengan mengharap keridaan Allah, maka akan diampuni dosanya.” (HR. At-Thabrani dan Al-Bayhaqi, disahihkan oleh Ibnu Hibban).
Hadis ini menunjukkan bahwa membaca Yasin pada malam hari memiliki keutamaan besar menjadi sebab ampunan dan keberkahan bagi pembacanya. Imam As-Suyuthi dan Ibnu Hajar pun menilai sanad hadis ini hasan, sehingga dapat diamalkan.
Baca Juga:Khofifah Tegaskan Profesionalisme Tim DVI dalam Identifikasi Korban Mushalla Ponpes Al Khoziny
3. Surat Yasin dan Keutamaannya dalam Kondisi Sulit
Para ulama menjelaskan, surat Yasin termasuk surat yang memiliki fadhilah (keutamaan) luar biasa.
Ketika dibaca di saat seseorang mengalami kesulitan, Allah ﷻ akan memudahkan urusannya.
Dan jika dibaca di sisi orang yang sedang sakaratul maut, maka Allah menurunkan rahmat serta memudahkan keluarnya ruh dengan tenang. Inilah sebabnya masyarakat menjadikan surat Yasin sebagai bacaan penguat hati dan penenang dalam momen duka.
4. Tradisi Membaca Yasin untuk Orang yang Wafat
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, diriwayatkan dari Maqil bin Yasar bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Bacalah surat Yasin untuk orang yang meninggal di antara kalian.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan An-Nasa’i).
Ulama menjelaskan bahwa bacaan ini boleh dilakukan ketika seseorang sedang sekarat maupun setelah wafat. Bahkan, lebih baik dibacakan pada kedua waktu tersebut agar doa dan rahmat Allah semakin luas.
5. Jejak Imam Syafi’i dan Para Ulama
Masyarakat Indonesia yang mayoritas mengikuti Mazhab Syafi’i tentu meneladani praktik para ulama besar Syafi’iyah. Dikisahkan dalam Tawali Takhis halaman 178, ketika Imam Syafi’i wafat, para muridnya berkumpul di dekat jenazah beliau.
Salah satu murid membaca surat Yasin, dan tidak seorang pun mengingkarinya. Mereka terus berdiri mendampingi hingga proses pemakaman selesai.
Dari peristiwa inilah banyak ulama kemudian memperbolehkan membaca Al-Qur’an untuk menghadiahkan pahala kepada orang yang telah meninggal dunia.
6. Dari Tradisi Ulama Menjadi Tradisi Nusantara
Kebiasaan para ulama membaca Yasin untuk mayit kemudian berkembang luas di kalangan masyarakat Indonesia.
Seiring waktu, kegiatan ini dikenal dengan istilah “yasinan” kegiatan berjamaah untuk membaca surat Yasin dan mendoakan keluarga yang telah meninggal.
Selain itu, yasinan juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial dan spiritual, tempat berbagi doa, sedekah, dan saling mendoakan.
7. Bukan Bid’ah, Tapi Wujud Cinta Umat
Sebagian orang mungkin masih mempertanyakan dasar yasinan karena Rasulullah ﷺ tidak mencontohkan langsung dalam bentuk jamaah seperti sekarang.
Namun, para ulama menjelaskan bahwa selama kegiatan tersebut berisi hal-hal yang baik seperti membaca Al-Qur’an, berdzikir, dan berdoa bersama maka termasuk amal yang dianjurkan (mustahab).
Yasinan bukanlah “ibadah baru”, melainkan bentuk kecintaan umat kepada Al-Qur’an dan usaha menghadiahkan pahala kepada sesama muslim. Selama tidak menambah tata cara yang menyimpang, kegiatan ini tetap dalam koridor syariat.
Lebih dari sekadar tradisi, yasinan memiliki makna spiritual mendalam yakni mengingatkan manusia pada kematian dan akhirat, menumbuhkan empati serta kepedulian terhadap sesama, menguatkan hubungan sosial dan ukhuwah Islamiyah dan menjaga semangat membaca Al-Qur’an di tengah rutinitas dunia.
Dengan demikian, yasinan menjadi sarana tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) sekaligus bentuk penghormatan kepada mereka yang telah mendahului kita.
Tradisi yasinan bukan sekadar warisan budaya, tapi juga wujud ekspresi keimanan masyarakat Indonesia.
Selama dilandasi niat ikhlas dan dijalankan sesuai tuntunan, amalan ini justru memperkuat nilai ukhuwah, menghidupkan malam dengan Al-Qur’an, dan mengajarkan kita untuk terus berbuat baik bahkan setelah seseorang tiada.
Seperti pesan para ulama, bacaan Yasin adalah doa, dan doa adalah jembatan kasih antara yang hidup dan yang telah pergi. Wallahu a’lam.
Buka Suara Islam untuk membaca lengkap surat yasin: https://islam.suara.com/alquran
Kontributor : Dinar Oktarini