- Suku Osing keturunan Kerajaan Belambangan, simbol keteguhan menjaga budaya dan perlawanan Jawa timur.
- Mereka memadukan warisan Hindu, nilai Islam, dan seni seperti Tari Gandrung sebagai wujud spiritualitas.
- Desa Adat Kemiren jadi pusat budaya Osing, bukti tradisi kuno bisa lestari di tengah arus modernisasi.
Kini bahasa Osing masih digunakan secara aktif di kehidupan sehari-hari, terutama di Desa Adat Kemiren, pusat kebudayaan Osing. Penggunaan bahasa ini menjadi bukti nyata keteguhan mereka menjaga identitas linguistik yang sudah berusia ratusan tahun.
4. Islam Masuk dengan Cara Damai dan Kultural
Awalnya, masyarakat Osing menganut kepercayaan Hindu dan animisme. Namun seiring waktu, pengaruh Islam mulai masuk secara perlahan melalui jalur dakwah damai dan pendekatan budaya.
Ulama dan pendakwah tidak menghapus adat lama secara frontal, tetapi mengislamkan maknanya. Ritual-ritual tradisional tetap dilakukan, namun disertai doa dan nilai-nilai Islam.
Baca Juga:Situs Kuno Diduga Permukiman Era Majapahit Ditemukan Dekat Sungai Brantas
Inilah sebabnya hingga kini masyarakat Osing masih melaksanakan upacara adat seperti Tumpeng Sewu setiap bulan Dzulhijjah sebagai bentuk syukur kepada Allah, meski tradisinya berakar dari kepercayaan lokal.
Proses ini menunjukkan kemampuan luar biasa Suku Osing dalam menggabungkan Islam dengan budaya lokal tanpa konflik.
5. Kesenian Osing: Harmoni Antara Tradisi dan Spiritualitas
Kesenian menjadi wujud paling nyata dari perpaduan antara adat lama dan semangat baru masyarakat Osing.
Salah satu contohnya adalah Tari Gandrung, yang dulu merupakan ritual pemujaan Dewi Sri (dewi kesuburan). Kini, Gandrung diartikan ulang sebagai tarian ungkapan syukur dan cinta kasih antar-manusia.
Baca Juga:BPCB Jatim Ekskavasi Situs Watesumpak yang Disebut Pernah Menjadi Pemukiman Elite di Zaman Majapahit
Selain Gandrung, ada juga Barong Osing yang menyerupai Barong Bali, namun dengan sentuhan khas Belambangan.
Kedua kesenian ini sering dipentaskan dalam acara keagamaan maupun festival budaya seperti Gandrung Sewu, yang kini menjadi ikon wisata Banyuwangi di mata dunia.
Bagi masyarakat Osing, seni bukan sekadar hiburan, tetapi cara menjaga hubungan spiritual antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
6. Arsitektur dan Kehidupan Sosial yang Sarat Makna
Rumah adat Osing dikenal dengan bentuk joglo modifikasi yang berdiri berderet saling berhadapan dalam satu pekarangan. Tata letak ini melambangkan kebersamaan dan keterbukaan antarwarga.
Sistem sosial mereka masih kental dengan nilai gotong royong. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Osing sangat menghormati adat dan memiliki struktur sosial yang berpadu antara sistem Jawa Kuno dan Islam.