7 Fakta Perobekan Bendera Belanda yang Picu Ledakan Arek Surabaya10 November 1945

Peristiwa Hotel Yamato (19/9/45): Pengibaran bendera Belanda memicu amarah rakyat Surabaya. Perobekan bendera jadi simbol perlawanan, memicu Pertempuran 10 November.

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 07 November 2025 | 08:03 WIB
7 Fakta Perobekan Bendera Belanda yang Picu Ledakan Arek Surabaya10 November 1945
Ilustrasi perjuangan para pahlawan Indonesia melawan penjajah. [ChatGPT]
Baca 10 detik
  • Perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato jadi simbol perlawanan rakyat Surabaya pasca kemerdekaan.
  • Aksi heroik pemuda memanjat dan merobek warna biru bendera memicu semangat perlawanan nasional.
  • Insiden Yamato menjadi pemicu pecahnya Pertempuran 10 November 1945 yang dikenang sebagai Hari Pahlawan.

SuaraJatim.id - Peristiwa pengibaran dan perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya, pada 19 September 1945 adalah salah satu momen paling dramatis dalam sejarah Indonesia. Aksi di hotel megah di Jalan Tunjungan itu bukan hanya soal bendera yang diturunkan paksa.

Peristiwa tersebut menjadi titik balik yang melecut keberanian rakyat, memicu kemarahan besar, dan akhirnya mendorong pecahnya Pertempuran 10 November 1945 yang kini dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Meski Indonesia baru sebulan merdeka, Belanda lewat NICA datang membawa ambisi lama. Mereka mencoba mengibarkan kembali warna merah putih biru sebagai simbol kekuasaan.

Namun Surabaya bukan kota yang mudah tunduk. Aksi itu langsung dibalas rakyat dengan keberanian yang diabadikan dalam sejarah. Berikut rangkuman tujuh fakta dramatis berdasarkan kanal YouTube Supersuka. 

Baca Juga:Lokasi Parkir Parade Soerabaja Joeang 2023, Cek Sebelum Berangkat

1. Pagi itu Surabaya Dikejutkan Bendera Belanda Berkibar di Atas Hotel Yamato

Warga yang melintas di Jalan Tunjungan tertegun melihat bendera pribumi Belanda berkibar di puncak Hotel Yamato. Pengibaran itu dilakukan oleh Ploegman, pimpinan Indo Europeesch Verbond (IEV), yang juga ditunjuk NICA sebagai wali kota Surabaya.

Bagi rakyat yang baru saja merdeka, pemandangan ini adalah penghinaan terbuka. Bendera itu menjadi simbol ancaman kembalinya penjajahan. Tidak butuh waktu lama hingga massa mulai berkumpul, meneriakkan protes, dan menuntut agar bendera tersebut segera diturunkan.

2. Tindakan Sepihak Ploegman Bikin Arek Surabaya Murka

Dokumen mencatat bahwa Ploegman sengaja mengibarkan bendera Belanda sebagai bentuk perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina. Namun keputusan itu ia ambil tanpa izin dan tanpa mempertimbangkan situasi politik Surabaya yang sedang panas setelah proklamasi.

Baca Juga:Bersyukur Bentang Bendera Hari Pahlawan Catatkan Rekor Terpanjang, Khofifah Minta Maaf

Langkah arogannya membuat ribuan warga memadati halaman hotel. Aparat keamanan lokal pun kewalahan menenangkan massa yang merasa harga diri bangsanya diinjak.

3. Residen Sudirman Turun Tangan, tapi Negosiasi Berjalan Buntu

Untuk mencegah keributan besar, Residen Surabaya R. Sudirman mendatangi hotel. Ia didampingi dua pemuda, Sidik dan Haryono. Mereka meminta bendera Belanda diturunkan dan diganti kembali dengan Merah Putih.

Namun negosiasi berubah panas. Ploegman menolak tegas dan memelintir logika bahwa Belanda adalah bagian dari Sekutu sehingga merasa berhak mengibarkan bendera mereka di tanah Indonesia.

Sudirman mencoba menjelaskan posisi Republik Indonesia yang sah, tetapi Ploegman tidak mau mengalah.

4. Ploegman Todongkan Pistol, Situasi Mendadak Tak Terkendali

Saat ketegangan memuncak Ploegman malah menodongkan pistol ke arah Sudirman. Aksi provokatif ini membuat Sidik bereaksi cepat menyerang Ploegman.

Perkelahian jarak dekat pun pecah di dalam ruangan. Ploegman akhirnya tewas, tetapi Sidik juga gugur setelah dikeroyok tentara Belanda. Momen tragis ini mengubah suasana menjadi semakin kacau.

Sebelum tumbang, Sidik berpesan kepada Haryono agar perjuangan tidak berhenti. Pesan itu kemudian terus dipakai arek Surabaya sebagai penyulut semangat.

5. Momen Heroik: Dua Pemuda Panjat Hotel Demi Merah Putih

Setelah berhasil membawa Sudirman keluar dari area konflik, Haryono langsung bergerak menuju atap hotel. Di saat bersamaan, Kusno Wibowo juga memanjat dari sisi lainnya.

Mereka mencapai puncak di waktu hampir bersamaan. Kusno menarik bendera Belanda dan langsung merobek bagian birunya. Merah Putih pun kembali berkibar penuh kehormatan di udara Surabaya.

Tindakan itu disambut sorakan rakyat. Bendera itu bukan hanya kain, tetapi simbol bahwa Republik tidak akan mundur setapak pun.

6. Peristiwa Yamato Mengobarkan Amarah Rakyat Surabaya

Setelah bendera Merah Putih berkibar kembali, suasana Surabaya berubah total. Rakyat mulai mengorganisasi diri, laskar pemuda bermunculan, dan semangat perlawanan membumbung tinggi.

Aksi perobekan bendera itu menyadarkan rakyat bahwa ancaman Belanda bukan sekadar cerita, tetapi nyata dan sudah di depan mata. Mereka yakin bahwa jika Surabaya tidak berdiri tegak, kemerdekaan akan direbut kembali.

Perlawanan kecil di depan hotel itu menjadi titik balik. Rakyat Surabaya bangkit menjadi pasukan rakyat yang paling ditakuti Inggris beberapa minggu setelahnya.

7. Inilah Percikan Awal Meledaknya Pertempuran 10 November

Inilah konteks penting yang sering dilupakan. Peristiwa Yamato bukan insiden tunggal, tetapi pemicu rentetan eskalasi yang berakhir pada 10 November.

Setelah insiden tersebut, hubungan antara rakyat Surabaya dan pasukan Sekutu semakin memburuk. Ketegangan meningkat sepanjang Oktober. Insiden demi insiden terjadi, hingga akhirnya Brigjen Mallaby tewas pada 30 Oktober.

Peristiwa itu membuat Inggris mengeluarkan ultimatum pada 9 November, dan esoknya Surabaya digempur habis habisan. Namun semangat arek arek Surabaya yang sudah tersulut sejak peristiwa bendera tidak pernah padam.

Tanpa keberanian para pemuda memanjat atap Yamato, tanpa sudut penuh emosi ketika warna biru disobek, mungkin 10 November tidak akan menjadi legenda seperti sekarang.

Perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato adalah simbol perlawanan yang lebih besar dari sekadar aksi fisik. Peristiwa itu adalah penegasan bahwa rakyat Indonesia tidak rela kemerdekaannya dirampas kembali. Dari sana, semangat juang Surabaya meledak menjadi pertempuran paling heroik dalam sejarah bangsa.

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini