SuaraJatim.id - Tempat produksi dan pemasaran krupuk tahun berbahan bleng (bahan kimia sejenis borak) digerebek Unit V Tipidek Satreskrim Polresta Sidoarjo, Jawa Timur.
Produsennya bernama UD Ridho Mashur di Desa Pagerngumbuk, Wonoayu. Pabrik produksi kerupuk tahu ini milik pasangan suami dan istri berinisial SN dan ST.
Di lokasi UD Ridho Mashur milik pasangan suami isteri polisi mendapati tumpukan krupuk tahu Cap Gajah yang mengandung bahan bleng siap edar sejumlah 3,9 ton.
Rinciannya, 787 plastik kemasan 5 kilogram. Serta diperoleh juga barang bukti sekitar 1,4 ton bahan bleng atau yang berjumlah 58 sak.
Baca Juga:Enam Terduga Teroris Jaringan JAD Diamankan di Sidoarjo
Kasatreskrim Polresta Sidoarjo Kompol Muhammad Wahyudin Latif mengatakan krupuk tahu berbahan bleng ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 Tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan.
"Di dalam Permenkes ini, dijelaskan bahwa untuk bahan tambahan pangan berupa bleng sejenis borak sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Bahan ini juga biasa digunakan sebagai bahan bangunan dan bahan las," katanya, seperti dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com, Senin (01/03/2021).
"Sementara bila digunakan pada makanan, untuk jangka panjang dapat mengakibatkan kanker dan gangguan pada rongga tubuh lainnya," ujarnya melanjutkan.
Dari hasil pemeriksaan polisi kepada pasangan suami istri SN dan ST, telah membuat krupuk tahu ini sejak 2015, dan memasarkannya hingga ke Jakarta, Bali dan beberapa wilayah di Jawa Timur.
"Selanjutnya bersama Dinas Kesehatan akan terus kami kembangkan terkait kasus ini, termasuk apabila masih didapati ada yang beredar di pasaran," ujarnya.
Baca Juga:Inspiratif, Ada Gerai Pakaian Gratis Bagi Kaum Duafa di Sidoarjo
Analis Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, Rahmi, membenarkan bahwa penggunaan bahan tambahan bleng pada makanan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Karena dapat mengakibatkan penyakit kanker dan gangguan sakit lainnya.
Sebab itu, pihaknya terus menerus mengedukasi dan mensosialisasikan kepada para produsen makanan maupun minuman agar jangan menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai peraturan Kementrian Kesehatan RI.
Terhadap kedua pasangan SN dan ST, polisi mengenakan ancaman hukuman 5 tahun penjara. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 136 atau Pasal 142 Undang-undang RI tentang Pangan dan Pasal 62 ayat 1 Undang-undang RI Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.