SuaraJatim.id - Rujak Cingur merupakan salah satu makanan khas di Jawa Timur. Namun akan lebih asyik jika menyantap makanan legend itu di warung milik sang legenda, yakni Depot Rujak Cingur'e Asmuni sang pelawak legendaris.
Nama Asmuni mungkin tidak begitu familiar di kalangan remaja zaman now. Namun pelawak legendaris grup Srimulat dengan nama panjang Toto Asmuni ini pernah berjaya di eranya, tepatnya kurun waktu tahun 1990 hingga tahun 2000 an.
Dimasa itu, hampir setiap orang mengenal Asmuni. Bagaimana tidak, Asmuni bersama kompatriotnya setiap hari selalu menghiasi layar kaca. Dengan lawakan-lawakan khas mereka, kelompok Srimulat ini mampu membuat satu Indonesia tertawa.
Di tengah kemoncerannya, Asmuni juga menggeluti bisnis lain. Ia membuka warung makan yang dulunya diberi nama Depot Rujak Cingur Triasmuni. Warung makan yang menyediakan makanan khas Jawa Timuran ini, terletak Jalan Nasional, tepatnya di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.
Baca Juga:Belum Ada Tersangka Kasus Uang Rp3,7 Miliar di Mojokerto, Polisi Masih Melengkapi Alat Bukti
"Di sini sekarang menunya ada macam-macam, rawon, soto, rujak cingur, kemudian ayam penyet, krengsengan ati, krengsengan daging, empal penyet. Kalau dulu ada kare sama sop buntut sekarang sudah tidak," ucap Astria, anak semata wayang Asmuni saat ditemui Suara.com, Kamis (13/5/2022).
Astria menuturkan, semua makanan yang disediakan di Depot Rujak Cingur'e Asmuni ini menggunakan bahan yang fresh. Ini dilakukan untuk menjaga kelezatan rujak cingur Asmuni yang sudah bertahan sejak puluhan tahun silam.
Bumbunya diulek langsung dengan tangannya. Semua bahan berupa, kacang goreng, cabai, irisan pisang batu serta petis dan air asam jawa diulek menjadi satu sebagai bumbu. Sementara isinya berupa irisan tahu, tempe, mentimun, bengkoang segar, rebusan kangkung, kacang panjang taoge dan tentunya cingur.
![Depot Rujak Cingur'e Asmuni di Bypass Trowulan Mojokerto.[SuaraJatim/Zen Arifin].](https://media.suara.com/pictures/480x260/2022/05/13/16940-depot-rujak-cingure-asmuni-di-bypass-trowulan-mojokertosuarajatimzen-arifin.jpg)
"Kita semua fresh, rujaknya pun fresha. Jadi kalau ada pelanggan kita bilang lama lho, karena pesan baru dibuatkan bahan-bahannya. Tahu, tempenya baru digoreng, sayur juga baru direbus, jadi semua fresh," tutur wanita berkulit kuning langsat ini.
Selain itu, petis yang digunakan juga tidak sembarangan. Astria mengaku memilih mengkombinasikan petis kualitas bagus yang didatangkan dari Surabaya dengan petis kualitas biasa. Alasannya agar bumbu rujak tidak eneg, sehingga mengurangi kelezatan rujak cingur itu sendiri.
Baca Juga:Viral Video Warga Usir Satu Keluarga Keluar dari Desa Gara-gara Berkomplot Jadi Polisi Gadungan
Selain rujak cingur, menu andalan yang tak kalah nikmat di Depot Rujak Cingur'e Asmuni ini yakni nasi rawon. Sebab kuah rawon menggunakan kluak yang cukup, sehingga lebih pekat. Selain itu, irisan daging empalnya juga cukup empuk dan gurih, hingga membuat lidah tak berhenti bergoyang.
"Kita ini menang bumbu, terus saya selalu menekannya jangan pernah pakai micin, jadi masakan kami no MSG," imbuh Astria.
Sedari dulu, Depot Rujak Cingur'e Asmuni memang kondang dengan kelezatan makanannya. Selain pengguna jalan dan warga lokal Mojokerto, rumah makan ini juga kerap menjadi jujukan para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Trowulan, Mojokerto.
"Kalau dulu, banyak bule (turis mancanegara) yang datang ke sini. Jadi mereka itu ngomong oh itu di warung Asmuni, bisa bahasa Inggris terus dibawa ke sini sama guide-guide itu," ucap ibu tiga anak ini.
![Depot Rujak Cingur'e Asmuni di Bypass Trowulan Mojokerto.[SuaraJatim/Zen Arifin].](https://media.suara.com/pictures/480x260/2022/05/13/92932-depot-rujak-cingure-asmuni-di-bypass-trowulan-mojokertosuarajatimzen-arifin.jpg)
Selain terkenal dengan masakan yang lezat, para wisatawan mancanegara gemar datang ke Depot Rujak Cingur'e Asmuni lantaran di tempat ini juga menyediakan menu berbahasa Inggris. Dengan begitu, para pelancong tidak akan kesulitan untuk memilih makanan di warung legendaris ini.
"Untungnya anak-anak bisa bicara bahasa Inggris jadi enak. Kadang bule (wisatawan mancanegara) kan ada alergi udang, alergi ini, petis ada udangnya, terasi ada udangnya, jadi mereka kita berikan penjelasan," kata Astria.
Sementara untuk harga, di warung Asmuni juga tergolong standart. Untuk satu porsi rujak cingur dibanderol Rp 20.000 sedangkan rawon, soto daging, krengsengan daging, krengsengan ati dipatok sebesar Rp 25.000 untuk satu porsi. Warung makan ini buka sejak pukul 08.00 WIB hingga 22.00 WIB.
Lokasi Depot Rujak Cingur'e Asmuni ini berada di Jalan Raya By Pass Trowulan, berjarak 13 Km dari pusat Kota Mojokerto atau sekitar 17 Km dari pintu keluar gerbang tol Penompo. Di depan depot terdapat papan nama yang cukup besar dan ornamen sosok pelawak legendaris Asmuni.
Berjaya di Tahun 90-an, Redup Setelah Sang Legenda Berpulang
Depot Rujak Cingur'e Asmuni ini sempat berjaya hingga penghujung tahun 2010. Namun, seiring meninggalnya sang pelawak legendaris Asmuni, depot yang terletak di Jalan Raya By Pass Trowulan, Kabupaten Mojokerto itu, kini makin meredup.
Anak semata wayang Asmuni, Astria menceritakan ikhwal Depot Rujak Cingur yang dulu bernama Triasmuni ini berdiri di tahun 1984. Kala itu, Asmuni dan istrinya Antina (82) masih tinggal di rumah kontrakan di wilayah Kebun Sayur Jakarta Timur. Sang istri yang gemar memasak, kemudian membuka warung kecil di emperan rumah.
"Dulu kan rumah kecil, terus di atas got itu dikasih kursi-kursi kayu gitu, karena rumah tidak cukup tamu-tamu makan di atas got, gak pakai meja jadi dipegang gitu piringnya," tutur Astria mengenang awal-awal berdirinya warung makan milik ayahnya itu.
Meski mendapatkan pertentangan dari Asmuni, akan tetapi Antina tetap ngotot untuk berjualan. Hingga akhirnya pelanggan di warung mungil milik pelawak kelahiran Jombang, 17 Juni 1932 itu mulai ramai pembeli. Tak hanya warga sekitar, sejumlah artis dan tokoh-tokoh Srimulat sering makan di warung tersebut.
Seiring berkembangnya warung miliknya, Asmuni lantas memutuskan untuk pindah. Ia dan keluarga kemudian mengontrak rumah di daerah Jalan Cendrawasih, Slipi Jakarta Barat. Di lokasi ini, bisnis kuliner khas Jawa Timuran yang digeluti Asmuni kian moncer seiring melambungnya nama Asmuni di dunia hiburan.
"Di Jakarta waktu itu ibu dibantu sama Mbok Minto, dia itu waria karena ludruk, tapi kita panggil mbok. Terus Mbah Po yang merawat saya sejak kecil. Mbah Po itu istrinya pelawak Li Ban Po tapi nama aslinya Mbah Atmo. Mbah Po ini yang beli terasi dan petis Surabaya-Jakarta naik kereta," ucap Astria.
Wanita kelahiran Surabaya ini mengaku masih ingat betul masa-masa dimana warung orang tuanya di Jakarta itu ramai dikunjungi pembeli. Bahkan ia harus ikut membantu mengulek sambal untuk menu pecel lele sepulang sekolah ketika masih duduk di bangku SMP.
"Aku ingat banget kalau dulu pulang sekolah itu langsung ngulek sambal untuk lele. Awalnya ya di trial dulu sama yang tukang masak saat itu, sambalnya enak enggak dicek bener sama bapak (Asmuni)," ucapnya.
Kemudian di tahun 1993, Asmuni berkeinginan untuk mengembangkan bisnis kulinernya di Mojokerto. Pelawak legendaris kelahiran Diwek Jombang ini memilih Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan untuk mendirikan Depot Rujak Cingur'e Asmuni. Lokasi ini dipilih karena berada di tengah-tengah tempat kelahirannya dan sang istri.
"Ibu berasal dari Kedungmaling, Brangkal, bapak dari Diwek Jombang. Dulu juga muter-muter nyarinya, sampai akhirnya ketemu di sini," ungkap Astria.
Mengikuti warung makan di Jakarta, bisnis kuliner yang ditekuni Asmuni dan keluarganya di Mojokerto ini juga berkembang pesat. Rumah makan itu juga ramai pembeli. Tak hanya warga sekitaran, para pelancong mancanegara juga menjadikan Depot Rujak Cingur'e Asmuni ini sebagai jujukan untuk mengisi perut.
"Kalau pas ramai-ramainya dulu berapa ya, sekitar 50-100 porsian lah sehari, omzet sekitar Rp 2 juta paling sedikit. Dulu penghasilan besar tapi karyawan juga banyak, ada sekitar 20 orang," kata perempuan yang akrab disapa Tria ini.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, bisnis kuliner milik Asmuni kian meredup. Berkurangnya jumlah pembeli di depot milik mendiang pelawak dengan nama lengkap Toto Asmuni ini disebabkan karena berbagai faktor. Salah satunya, setelah sang legenda pelawak ini berpulang pada 21 Juli 2007.
"Faktornya banyak, awal ayah meninggal itu tidak terlalu masalah, namun akhirnya (pembeli) turun juga. Karena mungkin kalau dulu bapak ada mereka minta foto, jujukannya Pak Asmuni," kata Astria.
Selain itu juga adanya median jalan di jalur arteri lintas jawa ini, sehingga membuat pengguna jalan enggan untuk memutar balik. Ditambah lagi merebaknya warung pujasera di sepanjang By Pass Mojokerto, yang menyajikan menu kekinian dengan harga yang relatif lebih murah.
"Di sini itu terkenal warung mahal karena kita memang menjamin rasa, jadi otomatis orang memilih yang lebih murah dan menunya kekinian. Sedangkan menu ditempat kami ya seperti itu, menu masakan Jawa timuran," jelas Astria.
Ditambah lagi dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyerang sejak dua tahun silam yang berdampak pada kunjungan wisata di Trowulan, Mojokerto. Praktis pendapatan di Depot Rujak Cingur'e Asmuni ini turun drastis, bahkan terkadang tidak nol pembeli dalam sehari.
"Sebulan sekarang paling tidak ada 30 porsi yang terjual. Ada tukang pentol itu saya kasih tempat di depan, kadang dia ngopi atau makan siang. Makan apapun dia bayar 10 ribu, padahal cuma sayur asem sama tempe gitu dia tetap ngotot bayar 10 ribu. Mungkin karena itu ya jadi saling bantu," kata dia.
Tak hanya di Mojokerto, Depot Rujak Cingur'e Asmuni yang terletak di Slipi juga lebih dahulu tutup. Namun bukan karena minimnya pembeli, menurut Astria warung makan yang ada di Jakarta Barat itu justru lebih bisa bertahan meskipun sang legenda sudah wafat.
"Kalau tutupnya tahun berapa saya lupa. Tapi itu ditutup karena tidak ada yang mengurus. Ayah (Asmuni) sudah meninggal, ibu juga mengatakan capek bolak-balik ke Jakarta. Kalau dulu kada bapak jadi ada yang disegani di sana," jelas Astria.
Meski sudah meredup namun Astria tetap bersyukur. Ia mengaku akan terus bertahan dan membuka warung makan peninggalan ayahnya tersebut. Sampai saat ini, ibu yang dikaruniai tiga orang anak ini tetap setia membuka dan menunggu pelanggan yang datang, meski tak setiap hari ada.
'Ngugemi' Wasiat Sang Legenda Lawak
Meredupnya Depot Rujak Cingur'e Asmuni diakui Astria, anak semata wayang Asmuni lantaran pengelolaan yang kurang inovatif. Akan tetapi hal itu semata karena ia memegang teguh wasiat sang legenda lawak kelahiran Diwek, Jombang itu.
"Ini warung titipan ayahku, amanah suruh jaga ibuku ya itu tak turutin apa kemauan ibu. Wasiat dari bapak, warung ini dolanane ibu (warung ini mainannya ibu)," ucap Astria saat ditemui Suara.com, Kamis (12/5/2022) siang saat menjaga depot.
Sebenarnya, Astria memiliki banyak keinginan untuk memajukan kembali warung peninggalan ayahnya (Asmuni) ini. Banyak konsep-konsep kekinian yang menurutnya bisa menarik para pembeli untuk datang dan makan di warung yang terletak di Jalan Raya By Pass Trowulan, Mojokerto ini.
"Saya inginnya ini ada televisi besar untuk nobar gitu, food corner, semacam itu. Terus warkop, tapi ibu itu kan orang kuno ya, jadi kalau lihat orang cangkruk itu gimana gitu. Ibu itu kalau makan ya makan. Jangan bilang aku nyalahin ibuku lho ya," ungkap Astria sembari tertawa.
Astria juga sudah berupaya untuk menjual masakan melalui sistem online menggunakan aplikasi-aplikasi jual beli makanan yang menjamur belakangan ini. Namu ia kesulitan untuk bisa mendaftarkan warung yang dikelola bersama dua anaknya itu.
Selain itu, Astria juga berkeinginan untuk menghidupkan kembali Depot Rujak Cingur'e Asmuni yang ada di Slipi, Jakarta Barat. Menurutnya, warung yang didirikan pada tahun 1984 itu justru memiliki kans untuk jauh lebih berkembang, lantaranya banyak pelanggan di Jakarta.
"Eman banget langganan yang di sana banyak dan banyak yang ngeramein. Seperti aku cerita tadi, waktu SMP pulang sekolah saja aku langsung ngulek sambel. Misalnya sampai sekarang jalan pun, masih tetap ramai yang di sana," kata Astria.
Astria mengaku tak tahu sampai kapan akan terus membua warung makan Rujak Cingur'e Asmuni. Meski sepi pembeli, namun ia akan tetap berupaya untuk bertahan. Hal itu dilakukan untuk kebahagiaan sang ibu, Astina (82) istri mendiang almarhum Asmuni.
"Bertahan sampai kapan, entahlah. Iya ibu yang masak, karena itu hobinya. Kalau dulu ada koki juga kan. Sekarang ini sepi tapi justru masakan yang masak langsung dari tangan ibu. Karena aku tidak bisa masak rawon, soto, dan lainnya. Kalau rujak saya yang masak," jelas Astria.
Astria berharap, tak lama lagi wisata di Mojokerto bisa pulih seperti dahulu sebelum pandemi melanda. Dengan demikian, omzet penjualan di warung Asmuni bisa sedikit meningkat, sebab hingga sebelum pandemi masih ada wisatawan dan turis mancanegara yang berkunjung ke warung legendaris itu.
"Itu yang aku harapkan (wisata di Trowulan ramai), tapi sekarang belum ya biasanya mereka mampir-mampir sini. Ada kenginginan lagi (menghidupkan warung di Jakarta), tapi duitnya, tempatnya, itu butuh modal besar banget," tukas Astria.
Kontributor : Zen Arivin