Sejarah Desa 'Perdikan' Majan Tulungagung, Risma dan Muhadjir Keturunan Sentono Dalem

Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu yang diklaim tak pernah merasakan penjajahan Belanda.

Baehaqi Almutoif
Sabtu, 08 Juni 2024 | 07:14 WIB
Sejarah Desa 'Perdikan' Majan Tulungagung, Risma dan Muhadjir Keturunan Sentono Dalem
Mensos Risma saat mendapatkan Gelar Adat Raden Ayu Adinegoro dari Kasepuhan Pardikan Majan. [SuaraJatim/Dimas Angga]

SuaraJatim.id - Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu yang diklaim tak pernah merasakan penjajahan Belanda.

Sejarah Majan tak lepas dari Kerajaan Mataram Islam yang menyematkan status perdikan pada desa tersebut. Definisi Desa Perdikan merupakan desa yang dibebaskan dari kewajiban membayar pajak kepada kerajaan.

Kisah Desa Majan tak lepas dari Kyai Ageng Raden Khasan Mimbar yang ditugaskan oleh Sultan Pakubuwono II untuk melakukan syiar agama Islam di Kadipaten Ngrowo atau Tulungagung sekarang.

Ketua Umum Yayasan Sentono Dalem Perdikan Majan (Yasendam), GKP (Gusti Kanjeng Pangeran) Raden Mohammad Ali Sodik mengatakan, Desa Majan memiliki hak istimewa sebagai desa perdikan.

Baca Juga:Eri-Armuji bak Mendadak Rujuk di Pilwali Surabaya, Seperti 'dikawin Paksakan'

Kyai Ageng Raden Khasan Mimbar yang ditugaskan Sultan Pakubuwono II memilih Desa Majan sebagai tempat tinggal. "Beliau memilih berdomisili di Majan, dikuasainya sampai turun-temurun, sampai pada sekarang. Jadi wilayah yang dikuasainya memang tidak dijajah oleh Belanda," ujarnya.

Statusnya sebagai tanah perdikan tersebut membuat desa ini merdeka, yang dipimpin Kyai Ageng Raden Khasan Mimbar secara turun temurun atau keluarga Sentono Dalem.

Pada masa kemerdekaan, status Desa Perdikan pun berubah. Awalnya upaya untuk memasukkan Majan dalam sistem pemerintahan Indonesia oleh Kemendagri tidak berhasil.

"Pihak Provinsi turun, komunikasi dengan para sesepuh, akhirnya disetujui lah, pemerintahan di Pardikan Majan dihapus dan mengikuti pemerintahan RI, tapi status tanahnya tetap tanah adat," katanya.

Risma dan Muhadjir Keturunan Sentono Dalem

Baca Juga:Remaja di Tulungagung Cekoki Miras Anak TK Bikin Geram Warga, Polisi Periksa 7 Orang

Banyak keturunan dari keluarga Sentono Dalem yang menjadi tokoh-tokoh penting di negeri ini, yakni Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy,

Awalnya, Yasendam tak mengetahui jika Mensos Risma mempunyai silsilah langsung di Sentono Dalem Perdikan Majan. Yasendam hanya ingin memberikan gelar adat Raden Ayu Adinegoro (RAA) pada Risma. Namun saat mengkonfirmasi pada Yasendam, Risma menunjukkan silsilah keluarganya yang lahirnya mengetahui jika mantan Wali Kota Surabaya itu masih keturunan langsung dari Raden Wahab.

Pihak Yasendam sempat kehilangan silsilah dari Raden Wahab. Karena dari bawah garis keturunan Raden Wahab tak melakukan konfirmasi perihal silsilah ke Sentono Dalem Perdikan Majan.

"Jadi awalnya Bu Mensos Risma memang layak diberi gelar, bahkan sebelum kami mengetahui para leluhurnya, ketika ada konfirmasi lah ternyata Bu Mensos itu juga keturunan sini. Jadi awalnya tidak tau kalau keturunan Majan. Memang jabatan Menteri Sosial beliau layak mendapatkan gelar tersebut, ketika hadir ke sini, kami dikagetkan ketika beliau paham betul dengan wilayah sini, dan ternyata beliau kakek buyutnya dari sini," terangnya.

Mensos Risma kemudian mendapat gelar kebangsawanan, Raden Ayu Adinegoro (R.A.A).

"Jadi pertama saya terus terang sempat surprise, saya ingat kalau saya pernah diajak almarhum orang tua saya ke kawasan kampung ini," kata Risma pada awak media.

Risma berterima kasih atas gelar tersebut. Dia mengaku terkejut mendapatkan gelar tersebut, terlebih lagi Risma tau silsilah keluarga dari Almarhum orang tuanya, saat menceritakan perihal leluhurnya.

"Saya bersyukur mendapatkan kepercayaan dapat gelar ini, namun sebetulnya yang utama adalah saya bisa bersilaturahmi menyambung balung pisah (silaturahmi yang sempat terputus) ini, karena orang tua saya, terutama almarhum bapak saya selalu cerita bagaimana kebanggaannya terhadap tanah-tanah perdikan, itu bisa ditempati oleh leluhur kami," terangnya.

Mensos Risma mengaku bangga berasal dari Desa Majan yang dulu berstatus perdikan atau diistimewakan.

"Karena itu saya saat ini dipercaya mendapatkan gelar. Ini saya bersyukur sekali sehingga saya selain menerima gelar adat, saya juga menyambung tali silaturahmi," imbuh mantan Wali Kota Surabaya ini.

Meski begitu, dalam hati Risma sempat bertanya-tanya, di mana suatu kawasan yang secara teori adalah satu bagian di negara atau daerah yang dijajah oleh VOC, namun di Majan ini tak tersentuh sama sekali oleh para penjajah.

"Terus terang saat ini saya masih belajar, bagaimana mungkin di suatu kawasan bisa tidak sempat dijajah oleh Belanda, padahal secara utuh, sesuai dengan Geografis dijajah, tetapi ada titik-titik yang lepas dari penjajahan, itu terus terang yang kita harus pelajari bersama, kenapa harus seperti itu," ungkapnya.

Risma juga berpesan pada anak muda, agar tetap mengingat sejarah, khususnya di daerah Desa Majan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung, bahwa kekuatan Bangsa Indonesia sebenarnya tak terkalahkan.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini