SuaraJatim.id - Beberapa waktu belakangan media sosial diramaikan parodi guru takut dipolisikan gegara tegur siswa.
Fenomena tersebut dipicu beberapa kasus pelaporan guru oleh wali murid, seperti di Konawe Selatan dan Wonosobo.
Ketua Komisi E DPRD Jatim Sri Untari turut angkat bicara mengenai fenomena guru takut dipolisikan.
Dia menyampaikan, fenomena tersebut sebenarnya sudah terjadi lama. “Dulu tahun 2004, di tempat saya di kota Malang itu sudah pernah ada guru yang dipolisikan oleh orang tua siswa. Kalau saya melihat saya amati dengan cermat ini sama-sama perlu untuk menahan diri," ujarnya.
Baca Juga:Fraksi di DPRD Jatim Minta Pemprov Bagi Adil Sekolah Negeri dan Swasta
Politikus PDIP itu menyarankan guru untuk menahan diri, meskipun memiliki otoritas penuh di dalam kelas.
"Kadang sebagai guru juga lupa bahwa kita ini pendidik, mereka berpikir bahwa kita punya otoritas tunggal di dalam kelas. Sehingga terkadang keluar kata-kata yang kurang tepat dan juga tangan guru menyakiti anak-anak. Tolong dijaga betul oleh rekan-rekan guru supaya tidak terjadi kelepasan,” katanya.
Selain itu, dia juga mengingatkan kepada orang tua juga jangan terlalu emosional. "Kalau mendapat laporan dari anak-anaknya yang sedang belajar itu harus didalami secara baik dulu apakah anaknya ini benar apa enggak,” ungkapnya.
Orang tua memiliki peran yang juga penting untuk menyukseskan pendidikan anak-anak di sekolah. Karena itu, penting juga untuk membangun komunikasi antara sekolah dengan orang tua.
Untari menyarankan adanya dialog guru dengan orang tua. Bisa dilakukan saat sebelum mengambil rapot.
Baca Juga:Dok! APBD Jatim 2025 Disahkan, Intip Rinciannya
“Melalui wali kelas atau guru pengampu untuk bisa orang tua ini ikut melaksanakan sukses pendidikan anak-anak di sekolah," ungkapnya.
Dia berpesan orang tua untuk menanamkan kepada anak-anaknya untuk menghormati guru.
"Saya kira semua harus sama-sama melakukan evaluasi diri. Anak-anak harus dibekali budi pekerti yang luhur agar anak-anak bisa saling menghormati di sekolah,” katanya.