SuaraJatim.id - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyatakan stok pangan di wilayahnya selama masa pandemi Covid-19, aman. Bahkan, Khofifah menjamin kondisi tersebut tetap terjaga hingga Juni 2020.
"Terkonfirmasi dari Kepala Dinas Pertanian dari beras kita hari ini sekitar 3,3 juta ton. Kita menghitung sampai dengan Juni kita butuh 2,1 ton," kata Khofifah saat menggelar konferensi pers di Gedung Negara Grahadi Kota Surabaya pada Senin (13/4/2020).
Guna memastikan stok pangan aman, Khofifah mengakui pihaknya telah membuat lumbung padi yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk membeli beras dengan harga terjangkau. Agar lebih mempermudah proses pembelian, Khofifah juga menyebut akan menggandeng aplikator ojek online untuk melakukan pengantaran.
"Kita juga sudah dilakukan exersice kalau bebas ongkir seberapa-seberapa. Dan tanda-tanda supaya tidak terjadi kerumunan massa. Sebenarnya ini tidak mau saya jelaskan sekarang, nunggu nanti kalau pas launching-nya."
Baca Juga:Update Gelombang PHK Jatim, 3.315 Orang Dipecat, 20.036 Dirumahkan
Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak menjelaskan, pada Maret dan April akan ada panen padi di lahan seluas 433.000 hektare. Jumlah tersebut cukup besar untuk bisa menjaga kondisi stok pangan tetap aman.
"Inilah artinya memang ada ketersediaan pangan. Kita tadinya mengkhawatirkan jangan-jangan yang terjadi berarti ini tidak terserap. Itulah sebabnya pasaran awal kita disanter pemasaran pangan," jelasnya.
Selain beras, Emil menyampaikan, Pemprov Jatim juga akan memantau bahan pokok lainnya termasuk pergerakan harganya untuk bisa diusahakan tetap stabil.
"Untuk minyak goreng, kita melihat harga minyak kelapa sawit dunia relatif kondisinya terkendali. Makanya agak turun sehingga harga minyak goreng juga tidak menjadi kendala. Nah ini komoditi-komoditi ini kemarin dipetakan satu persatu dipimpin oleh Gubernur langsung," katanya.
Peningkatan Jumlah Pasien Corona
Baca Juga:Gubernur Khofifah Desak Empat Wilayah di Jatim Pertimbangkan Ajukan PSBB
Sementara itu, hingga Senin (13/4/2020), jumlah kasus baru positif Covid-19 di Jawa Timur (Jatim) terus bertambah. Pertumbuhan paling banyak berada di Kota Surabaya yang mencatatkan jumlah pasien positif Corona sebanyak 208 pasien.
Jumlah tersebut terbilang tinggi di Jatim, karena hingga Senin (13/4/2020), total keseluruhan pasien positif Corona mencapai 438 kasus.
Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono mengatakan, telah melakukan koordinasi dengan Pemkab dan Pemkot membahas tentang pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Namun, beberapa daerah yang saat ini memiliki pasien positif, masih melakukan skema saja berupa meliburkan sekolah, melakukan penutupan jalan secara berkala hingga imbauan kerja dan ibadah di rumah.
"Tapi sampai sekarang belum (PSBB), cuma hal-hal yang sifatnya seperti PSBB sudah dilakukan di kota dan kabupaten tersebut," katanya.
Meski koordinasi dengan beberapa sekda sudah dilakukan mengenai perujukan kemungkinan penerapan PSBB di masing-masing wilayah yang memiliki pasien positif cukup banyak, Heru mengatakan jika pembahasan yang dilakukan sampai saat ini dipastikan belum ada satupun daerah di Jatim yang mengajukan.
Apabila ada daerah yang mengajukan maka Pemprov Jatim secara otomatis akan mengatahui melalui tembusan surat yang diberikan.
"Tentang PSBB, apa yang disampaikan gubernur beberapa kabupaten memang belum ada yang mengusulkan (sampai saat ini)," kata dia.
Untuk diketahui, di Jatim terdapat tambahan 52 pasien Covid-19. Sehingga total per Senin (13/4/2020), ada 438 kasus terkonfirmasi positif virus.
Tambahan 52 kasus baru tersebut terbanyak dari Surabaya dengan tambahan 28 pasien. Sidoarjo 8 pasien, Tulungagung 4 pasien, Gresik 3 pasien, Jombang 3 pasien, Bojonegoro 2 pasien, Kabupaten Kediri 1, Lamongan 1 pasien, Tuban 1 pasien, serta 1 tambahan baru di Kabupaten Mojokerto yang kini menjadi zona merah.
Untuk pasien sembuh juga ada tambahan 7 orang. 4 dari Surabaya, 1 Gresik, 1 Sidoarjo dan 1 Situbondo. Total pasien sembuh di Jatim saat ini sebanyak 76 orang atau setara 17,35 persen.
Untuk pasien meninggal dunia juga mengalami tambahan sebanyak 11 pasien, 9 dari Surabaya, 2 dari Sidoarjo. Sehingga pasien meninggal dunia menjadi 40 orang, setara 9,13 persen.
Sedangkan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) yang jumlahnya mencapai 1.447, tapi yang diawasi tersisa 872 pasien. Untuk orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 14.423, yang masih dipantau sebanyak 7.813 orang.
Kontributor : Arry Saputra